My life my love for ISLAM

My life my love for ISLAM
lets say Alhamdulillah :)

Senin, 16 Desember 2013

Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kebidanan



Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kesehatan Anak (ISBD)

1.      PENGERTIAN DAN PELAYANAN ANAK
1.1 Pengertian Anak
Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri dimana semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
Seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka.
Kebutuhan-kebutuhan anak :
a.       Pertumbuhan dan perkembangan anak
b.       Pemberian imunisasi
c.       Pemeriksaan fisik pada anak
d.      Usaha kesehatan sosial
e.       Pemberian gizi pada anak

1.2 Pelayanan Kesehatan Anak
Rumah Sakit  maupun pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan batas pelayanan kesehatan anak dari umur 13 s/d 14 tahun, sedangkan jika sudah diatas 14 tahun maka sudah dianggap dewasa.
Pelayanan kesehatan anak bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian imunisasi, pemeriksaan fisik, usaha kesehatan sosial dan pemberian gizi.



2.    PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
   Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam, 2005).

            2.1  Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih dari seperempatnya.

   2.2  Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.


   2.3  Tumbuh Kembang
·         Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
·         Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain.
Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasive, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul.Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyerinya.
·         Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.
·         Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
·         Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain (Supartini,2004).

3.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
3.1  Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan dicapainya potensi genetik/ bawaan/ bakat anak. Lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan, sehingga potensi bawaan atau bakat tidak dapt dicapai. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis dan sosial yang pada dasarnya disebut lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain.
Lingkungan fisikobiopsikososial tersebut dapat berupa :
1.      Orang tua
a.       Hidup rukun dan harmonis
b.      Persiapan jasmani, mental, sosial yang matang pada saat membina keluarga
c.       Mempunyai riwayat pendidikan yang baik
d.      Mempunyai pekerjaan tetap
e.       Mempunyai tingkat ekonomi/ kesejahteraan yang cukup
f.       Mempunyai waktu dalam membina keluarga
g.      Tinggal di rumah yang sehat
h.      Tinggal di lingkungan yang sehat
2.      Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan ibu dan anak dengan jaringan fasilitas yang memadai dalam tenaga, peralatan, anggaran serta mencakup seluruh populasi.
3.      Di daeerah perkotaan atau pedesaan di ciptakan keadaan cukup baik dalam segi-segi :
a.        Kesehatan, misalnya pengetahuan keluarga mengenai kesehatan, penyebaran fasilitas kesehatan
b.         Geografis, Misalnya sumbeer alam dan komunikasi
c.        Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur, penyebaran penduduk, kebijaksanaan keluarga berencana, urbanisasi dan transmigrasi
d.       Sosial ekonomi, misalnya kesempatan kerja/ lapangan kerja, tingkat pendapatan, perumahan, lingkungan hidup
e.        Psikokulturil, misalnya pendidikan di sekolah, di rumah dan di luar sekolah, kebiasaan, kepercayaan, tradidsi, sikap terhadap masalah kesehatan
f.         Kebijaksanaan politik pemerintah, misalnyaperencanaan perkembangan/ pembangunan ekonomi, kesejahteraan anak.
4.      Pendidikan di rumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan perkembangan emosi, sosial, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.
Dengan demikian harus disadari bahwa lingkungan fisikobiopsikososial yag cukup baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda karena hal ini merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat baik. Penundaan hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
3.2  Pertumbuhan dan perkembangan jasmani
Seorang anak bukan seorang dewasa dalam bentuk tubuh yang kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus terus dan tetap berkembang sampai dewasa agar menjadi orang berguna bagi semua orang.
Semua orang harus memahami persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang sebab pada fase itu seorang anak selalu bergantung pada orang yang ada disekitarnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan dan perasaan aman. Apabila ligkungan disekitar buruk maka segera lah dirubah sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu dariyang lain karena itu saling berkaitan sangat erat. Untuk perkembangan normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimum di butuhkan makanan yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak yang sedang tumbuh. Pencegahan penyakit menular juga merupakan hal yang penting, di samping membutuhkan bimbingan, pembinaan, perasaan aman dan kasih sayang dari orang tua yang hidup rukun, bahagia sejahtera dalam lingkungan yang sehat agar penularan penyakit akut maupun kronis tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebelum bayi lahir terdapat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sekali, yaitu berasal dari seorang makhluk yang hanya terdiri dari satu sel sampai terlahir menjadi seorang bayi hingga pada saatnya nanti dia akan hidup sendiri terpisah dari ibunya.
Pada triwulan pertama masa embrio sangat penting kerena merupakan masa pembentukan organ, lalu dalam triwulan berikutya janin lebih bertahan karena pertumbuhan organ telah selesai dan selama triwulan terakhir pertambahan berat badan cepat sekali dan terdapat penimbunan lemak di bawah jaringan kulit.
1.      Tahap pertumbuhan anak
a.       Tahun pertama mengalami pertumbuhan yang cepat sekali, kemudian mengurang berangsur-angsur smpai umur 3-4 tahun.
b.      Sampai pada masa anak ke masa dewasa atau masa peralihan pertumbuhan berjalan lambat dan teratur
c.       Masa anak ke masa peralihan (12-16 tahun) pertumbuhannya cepat
d.      Kecepatan pertumbuhan mengurang sedikit demi sedikit hingga berakhir kira-kira sampai umur 18 tahun.
2.      Pertumbuhan BB, TB dan lingkar kepala
a.       BB ( Berat Badan )
Berat badan meruupakan ukuran terbaik untuk menilai atau menentukan pertumbuhan karena merupakan gabungan keseluruhan dari berbagai macam ukuran. Dalam penilaian berat badan harus berhati-hati karena anak yang memiliki berat badan banyak belum tentu gizinya lebih baik dari anak yang berat badannya lebih sedikit (normal). Sekarang banyak anak yang berat badannya banyak tapi di dalam tubuhnya hanya berisi cairan (Bengkak) bukan gemuk.
Berat Badan Lahir di Indonesia diperkirakan antara 2,7-4,1kg dan dalam 3 bulan pertama kenaikan berat badan diperkirakan naik 1kg/ bulan.
1.      Umur 5 bulan, berat badan 2x dari BBL
2.      Umur 6 bulan, berat badan naik ± ½kg / bulan
3.      Umur 1 tahun, berat badan 3x dari BBL
4.      Umur 2 tahun, berat badan 4x dari BBL
5.      Umur 6 tahun, berat badan 2x dari berat pada umur 1 tahun
Pada masa prasekolah dan sekolah kecepatan pertumbuhan berat badan mulai menurun karena dibarengi dengan pertumbuhan beberapa organ dan mulai aktif dalam beraktivitas yang mengakibatkan bertambahnya jumlah jaringan sedemikian rupa sehingga jumlah jaringan lemak di bawah kulit mengurang. Masa peralihan adalah masa sangat penting dimana saat sebelum dan sewaktu dalm masa peralihan di bawah kulit terbentuk kembali jaringan lemaknya. Perbedaan jaringan lemak yang terdapat pada anak wanita dan pria adalah, penimbunan lemak pada wanita banyak tertimbun di sekitar panggul, payudara dan di daerah pergerakan sedangkan pada pria banyak tertimbun di punggung. Perubahan jaringan lemak dan berat badan pada wanita berlangsung sampai beberapa tahun setalah masa peralihan sedangkan pada pria setelah melalui masa peralihan berat badan tidak bertambah. Pertambahan berat badan tergantung dari makanan, hormon dan faktor keturunan.


Cara mengukur berat badan :
1. Berat Badan
Pada bayi BB diukur dengan timbangan bayi, sedangkan pada anak dengan timbangan berdiri.
Periksa terlebih dahulu : alat sudah dalam keadaan seimbang atau belum.
Bayi ditimbang berbaring terlentang atau duduk tanpa baju. Sedangkan anak  ditimbang berdiri tanpa sepatu minimal menggunakan pakaian.
Samapai umur 1 tahun : timbang setiap bulan
Sampai umur 3 tahun : timbang setiap 3 bulan
Dilanjutkan 2x pertahun selama lima tahun
Lebih dari umur 5 tahun : dilakukan setiap tahun kecuali bila terdapat kelainan atau penyimpangan berat badan.
2.      TB (Tinggi Badan)
        Saat lahir tinggi badan atau panjang badan ±50cm, sehingga pada umur 1 tahun panjangnya 71cm kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang sehingga setelah umur 2 tahun kecepatan pertambahan tinggi badan kira-kira 5cm pertahun.
Pertumbuhan TB :
-          1 tahun : 1½ x Panjang lahir
-          4 tahun : 2 x Panjang lahir
-          6 tahun : 1½ x Panjang umur 1 tahun
-          13 tahun : 3 x Panjang lahir
-          Dewasa : 2 x Panjang umur 2 tahun
Perubahan tubuh pada masa peraliahan berlangsung karena pengaruh hormon kelamin dan hipofisis. Pada awal masa peralihan terdapat penambahan beratbadan yang drastis disertai dengan penambahan tinggi badan.
Pada permulaan masa peralihan pertumbuhan cepat sekali. Dalam masa yang pendek ini tinggi badan akan dapat bertambah kurang lebih 10cm pertahun. Sampai pada masa peralihan pertumbuhan pada pria dan wanita kecepatannya berkurang menurut norma tertentu, tetapi setelah itu terdapat perbedaan. Tinggi badan pria selama masa peralihan lebih cepat dibandingkan dari pada tinggi badan anak wanita.
Cara mengukur tinggi badan :
Alat pengukur terbuat dari kayu, yang satu ujungnya mempunyai batas yang tetap, sedangkan yang lain bisa digerakan. bayi ditidurkan terlentang tanpa sepatu dan tanpa topi di atas kayu yang keras. Usahakan agar tubuh anak lurus agar panjang bayi dapat diukur dengan akurat, dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap. Sedangkan kayu yang dapat bergerak menuju tumit bayi. Pada anak, tinggi badan dukur dengan posisi berdiri tanpa sepatu, telapak kaki dirapatkan dan punggung bersandar pada dinding.
3. Lingkar kepala
Pengukuran pada lingkar kepala yang diukur adalah lingkaran kepala terbesar. Tujuannya untuk mengetahui perubahan daalam pertumbuhan otak.
Cara mengukur lingkar kepala :
Caranya dengan meletakkan pita lingkar kepala melalui glabela pada bayi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala yang paling menonjol yaitu protuberonsia oksipitalis. Pita pengukur diletakkan sedemikian rupa sehingga kencang melingkari kepala.
3.3       Imunisasi atau Vaksinasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.imunitas atau kekebalan dari suatu penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap penyakit tersebut pada sistem tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau organisme pembawa penyakit. Antibodi merupakan protein yang spesifik terhadap satu penyakit. Sebagai contoh, antibodi terhadap penyakit campak akan melindungi seseorang yang terpapar penyakit campak, akan tetapi tidak dapat menimbulkan efek melindungi apabila ia terkena penyakit lain seperti gondokan.
imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna.

Terdapat 2 jenis imunitas atau kekebalan tubuh yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif, perbedaannya adalah :
3.4  Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif didapat akibat terkena paparan organisme penyebab penyakit yang memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap penyakit tersebut. Paparan terhadap organisme tersebut dapat berupa terkena penyakit tersebut secara langsung (sehingga timbul kekebalan alamiah) atau dikenai organisme penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dilemahkan melalui vaksinasi (kekebalan akibat vaksinasi). Sehingga, apabila suatu saat orang tersebut terkena paparan penyakit itu, maka sistem kekebalan tubuhnya akan mengenali penyakit tersebut & segera memproduksi antibodi yang diperlukan untuk melawan. Kekebalan aktif berlangsung dalam jangka panjang & bahkan seumur hidup.
3.5  Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif tersedia dalam tubuh apabila seseorang diberikan antibodi terhadap suatu penyakit & bukan diproduksi sendiri oleh sistem kekebalan tubuhnya. Bayi baru lahir biasanya akan mempunyai kekebalan pasif dari ibunya melalui plasenta. Seseorang juga dapat mempunyai kekebalan pasif melalui pemberian cairan antibodi misalnya imunoglobulin, yang dapat diberikan saat itu juga untuk melindungi terhadap suatu penyakit. Hal inilah yang menjadi keuntungan utama dari pemberian kekebalan pasif, yaitu perlindungan terhadap penyakit langsung didapat, sedangkan pada kekebalan aktif membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk perlindungan (biasanya beberapa minggu). Akan tetapi kekurangannya adalah, kekebalan pasif hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, sedangkan pada kekebalan aktif berlangsung lebih lama bahkan bisa seumur hidup.
Imunisasi anak sangat penting, kenapa? Walaupun imunisasi sendiri diperlukan oleh semua orang pada setiap tahapan usia, akan tetapi penekanannya lebih banyak kepada anak-anak, kenapa demikian ? Saat lahir, bayi mempunyai perlindungan terhadap beberapa penyakit tertentu karena antibodi ibunya yang diberikan lewat plasenta. Kemudian setelah lahir, bayi yang diberikan ASI juga akan menerima manfaat tambahan dari antibodi yang terdapat dalam ASI. Tetapi kedua perlindungan tersebut bersifat hanya sementara. Sedangkan pada bayi atau anak sendiri rentan terkena penyakit karena beberapa organ tubuhnya belum berfungsi secara sempurna untuk melindungi tubuhnya, oleh karena itu imunisasi penting dilakukan supaya mereka mempunyai kekebalan tubuh sendiri terhadap penyakit tersebut.
Beberapa orang tua merasa khawatir untuk melakukan imunisasi terhadap anak mereka, karena mereka takut anak akan mengalami efek samping yang serius atau bahkan terkena penyakit itu sendiri. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu ditakutkan, karena meskipun komponen dari vaksin tersebut adalah organisme penyebab penyakit, tetapi mereka sudah dilemahkan atau dimatikan. Bahkan pada beberapa jenis vaksin, yang digunakan adalah bagian tubuh dari organisme tersebut, sehingga tidak mungkin untuk menyebabkan penyakit. Beberapa vaksin tertentu memang dapat menimbulkan efek samping seperti rasa sakit di tempat penyuntikan ataupun demam, akan tetapi reaksi lain yang lebih serius jarang terjadi.
Bisa dianggap reaksi efek samping akibat pemberian vaksin lebih kecil dibandingkan dengan resiko kesehatan akibat penyakit tersebut dimasa yang akan datang , apabila tidak diberikan vaksinasi. Bahkan bisa dibilang imunisasi adalah investasi awal untuk kesehatan anak di masa depan.
Pada tahun 2010 yang direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)tidak dicantumkannya lagi imunisasi wajib & imunisasi tidak wajib. Hal ini karena menimbulkan anggapan di masyarakat bahwa imunisasi tidak wajib, tidak penting dilakukan. Dimana hal tersebut adalah salah, karena semua imunisasi tersebut sebaiknya dilakukan agar dapat membantu anak terlindungi dari penyakit yang berbahaya. Yang ada adalah imunisasi yang sudah bisa diberikan oleh pemerintah secara gratis & imunisasi yang belum bisa diberikan oleh pemerintah secara gratis, karena beberapa sebab.

4.      TIPS SEPUTAR IMUNISASI ANAK
Meskipun imunisasi aman dilakukan pada anak-anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum membawa anak mereka untuk diimunisasi.
4.1  Kapan harus menunda atau menghindari pemberian imunisasi pada anak
a.       Jika anak menderita sakit/demam & rewel, meskipun bila hanya batuk/pilek biasa tanpa demam & rewel, anak masih bisa tetap di imunisasi.
b.      Jika anak mempunyai reaksi alergi pada pemberian imunisasi sebelumnya. Beritahu dokter jika anak memiliki alergi terhadap bahan latex, karena terdapat salah satu jenis imunisasi yang memiliki aplikator dari latex.
c.       Jika anak memiliki masalah/penyakit pada sistem pencernaannya, konsultasikan dahulu ke dokter.
d.      Jika anak baru-baru ini menerima transfusi darah atau gamma globulin.
e.       Jika anak mempunyai masalah sistem kekebalan tubuhnya akibat penyakit tertentu seperti kanker, sedang mengkonsumsi steroid atau obat penekan sistem kekebalan tubuh lainnya atau sedang menjalani proses terapi radiasi atau kemoterapi.
4.2 Merawat anak setelah imunisasi
Apabila mengalami demam, anak dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen, tergantung dari usia anak, untuk dosis tepatnya dapat konsultasi ke dokter. Jika anak mengalami muntah atau diare, berikan cairan sesering mungkin & awasi tanda atau gejala terjadinya dehidrasi seperti misalnya buang air kecil yang tidak sesering biasanya. Jika ada reaksi lain yang tidak terduga sehabis imunisasi, sebaiknya konsultasi kembali ke dokter yang menangani.
4.3 Pencatatan Imunisasi
Bila melakukan imunisasi di RS, biasanya orang tua akan mendapatkan buku untuk mencatat imunisasi apa saja yang telah dilakukan & yang belum dilakukan serta waktu harus melakukan imunisasi tersebut. Pencatatan imunisasi ini penting untuk dilakukan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara imunisasi yang belum & telah dilakukan. Apabila saat melakukan imunisasi tidak diberikan buku, dapat juga membuat buku sendiri yang mencatat waktu imunisasi, umur anak saat imunisasi,jenis imunisasi yang dilakukan & tempat melakukan imunisasi dengan paraf dokter yang melakukan imunisasi.
4.4 Jenis/Macam Vaksin Imunisasi Untuk Anak
Berbagai jenis vaksin diantaranya:
v  BCG
f.       Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
g.      Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
h.      Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
i.        Waktu Pemberian: Umur / usia 2 bulan
v  DPT/DT
a.    Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
b.    Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
c.    Waktu Pemberian :
I.          Umur / usia 3 bulan
II.        Umur / usia 4 bulan
III.       Umur / usia 5 bulan
IV.       Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V.        Umur / usia 5 tahun
VI.       Umur / usia 10 tahun


4.5 Polio
a.    Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.
b.    Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
4.6 Campak / Measles
Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek
Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
4.7 Hepatitis B
a.       Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
b.      Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi III

5.    Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :
1. MMR
a.    Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
b.     Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
2. Hepatitis A
a.    Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
b.    Penyebab : Virus hepatitis A
c.    Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
3. Typhoid & parathypoid
a.    Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
b.    Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
c.    Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi
4. Varisella (Cacar Air)
a.    Perlindungan Penyakit : Cacar Air
b.    Penyebab : Virus varicella-zoster
c.    Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4   s/d 8 minggu.

6.      PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
6.1 KEPALA

a.    Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
b.    Tulang tengkorak :
c.    Anencefali : tidak ada tulang tengkorak 
d.   Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
e.    Fontanel anterior menutup : 18 bulan
f.     Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
g.    Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan hilangdalam 2 hari
h.    Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3minggu
i.      Distribusi rambut dan warna
j.      Jika rambut berwearna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasiadanya gangguan nutrisi
k.    Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontalkebagian occipital.

6.2 MUKA

a.    Simetris kiri kanan
b.    Tes nervus 7 ( facialis )
c.    Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilladan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
d.   Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutupmata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
e.    Tes nervus 5 ( trigeminus )
f.     Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah danapakah ia merasakan sentuh tersebut
g.    Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot masenter dan mandibula.

6.3. MATA

a.    Simetris kanan kiri
b.    Alis tumbuh umur 2-3 bulan
c.    Kelopak mata :
d.   Oedema
e.    Ptosis : celah kelopak matamenyempit karena kelopak mata atasturun.
f.     Enof kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan bawahtertarik kebelakang.
g.    Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mataatas dan bawah tertarik kebelakang.
h.    Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi danketajaman penglihatan.
i.      Sebagai objek mempergunakan jari
j.      Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akandiperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis ketinggian yangsama.
k.    Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lainditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari sampingtelinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh pemeriksa maka secaranormal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
l.      Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
m.  Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
n.    Pen light dinyalakan mulai dari samping atau, kemudiancahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
o.    Apakah pupil isokor kiri atau kanan
p.    Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
q.    Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
r.     Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
s.     Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan kekiri.
t.     Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Reflekskornea
u.    Tutup mata yang satu dengan penutup
v.    Minta klien untuk melirik kearahlaterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
w.  Sentuhkan pilinan kapas padakornea, respon refleks berupa kedipan kedua mata secara cepat.
x.    Glaberal refleks: mengetuk dahidiantara kedua mata,hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkankedua mata klien berkedip.
y.    Doll eye refleks : bayi dipalingkandan mata akan ikut ,tapi hanya berfookus pada satu titik.


6.4  HIDUNG
                                                                                                  
a.    Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
b.    Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga downsyndrome.
c.    Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
d.   Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
e.    Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup,atau deviasi septum.
f.     Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
g.    Tutup salah satu lubang hidung klien,berikan bau bauan lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.

6.5  MULUT

a.    Bibir kering atau pecah – pecah
b.    Periksa labio schizis
c.    Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan.
d.   Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel,hasil positif bila adarefleks muntah ( Gags refleks)
e.    Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
f.     Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
g.    Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.
h.    Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
i.      Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit,kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.
j.      Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
k.    Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudianmenarik dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan kekanan dan sementara itu pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
l.      Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkandisekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya.
m.  Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingkingkedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari kelingking diataslidah , hasil positif jika ada refleks mengisap (Sucking Refleks)

6.6  TELINGA

a.       Simetris kiri dan kanan
b.      Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkantulang rawan masih lunak.
c.       Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihatapakah ada serumen atau cairan.
d.      Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
menggesekkan rambut, atau tes bisik.
e.       Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
f.       Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.

6.7 LEHER.

a.    Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
b.    Periksa arteri karotis
c.    Vena Jugularis
d.   posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideusmaka akan tampak adanya vena.
e.    Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebutkemudian tarik garis imajiner untuk menentukan panjangnya.
g.    Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan p[asien disuruh untuk menelan,apakah ada pembesaran atau tidak.
h.    Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akanmengimbangi.
i.      Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang,kemudian tanganditarik kebelakang,pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.
j.      Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
k.    Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepan,pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.


6.8 DADA

a.    Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
b.    Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1dandewasa 1: 2
c.    Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1
d.   suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk,intensitas keraspada ICS 4-5 1:3
e.    Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitassedang ICS 5.
f.     suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah3:1
g.    Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saatekspirasi
h.    Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor 
i.      Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
j.      Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta),sternal kiri ICS 2 ( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyikatup tricuspid), sternal kiri mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
l.      Perkusi mpada daerah jantung adalah pekak.

6.9 ABDOMEN

a.       Tali pusat : Dua arteri satu vena.
b.      Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
c.       Observasi vena apakah terbayang atau tidak.
d.      Observasi distensi abdomen.
e.       Terdengar suara peristaltic usus.
f.       Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya padagaris media clavikula 6 – 12 cm.
g.      Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atasPerkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpan
h.      Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateralkemedial ,terlihat kontraksi.

7.        PUNGGUNG.
       
a.    Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada lumbo sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
b.    Spina bivida sistika : dengan herniasi , meningokel ( berisi meningendan CSF) dan mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf spinal).
c.    Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika tulang belakangrata/simetris( scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi sebelah danvertebra bengkok ( scoliosis structural) skoliometer >40

7.1  TANGAN

a.    Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
b.    Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah , kalau patah didugakelainan nutrisi.
c.    Ujung jari halus
d.   Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system pernafasan
e.    Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akanmenggengam.
f.     Palmar refleks : tekan pada telapak tangan ,akan menggengam

7.2  PELVIS

a.    CDH : test gluteal , lipatan paha simetris kiri kanan
b.    Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak 
c.    Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan kesamping akan terdengar  bunyi klik 
d.   Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakahsimetris kiri dan kanan.
e.    Waddling gait : jalan seperti bebek.

7           USAHA KESEHATAN SOSIAL
Sehat menurut WHO adalah  segala bentuk kesehatan badan, rohani/mental dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan-kelemahan.
Sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan jiwa, seperti yang diatur dalam lembaran Negara RI No. 2805 yaitu suatu keadaan/kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan perkembangan orang lain.
Masyarakat yaitu sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu serta mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya.
Kesehatan sosial yaitu peri kehidupan dalam masyarakat, dimana perikehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap orang cukup kemampuan untuk memelihara dan mewujudkan kehidupan sendiri maupun kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan ia dapat menikmati hiburan.
Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
a.    Perbaikan sanitasi lingkungan
b.    Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c.    Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d.   Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e.    Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Adapun disiplin ilmu yang menopang IKM atau sering disebut pilar utama IKM yaitu :
a.    Epidemiologi
b.    Biostatistik/Statistik kesehatan
d.   Promosi Kesehatan
e.    Administrasi Kesehatan Masyarakat
f.     Gizi Masyarakat
g.    Kesehatan Kerja
          Sedangkan sebagai seni yaitu :
a.    Pemberantasan penyakit menular maupun tidak menular
b.    Perbaikan sanitasi lingkungan
c.    Perbaikan lingkungan pemukiman
d.   Pemberantasan vektor
e.    Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f.     KIA
g.    Pembinaan Gizi masyarakat
h.    Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
i.      Pengawasan obat dan minuman
j.      Pembinaan peran serta masyarakat
8.           PEMBERIAN MAKANAN
     Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :
                   a.  Makanan bayi umur 0 – 6 bulan
                   b.              Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
                   c.              Makanan anak umur 9 – 12 bulan
                   d.              Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus.

A. Makanan Bayi Umur 0 – 6 Bulan
a.       Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif )
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
b.      Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
c.       Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 – 10 kali setiap hari.


B. Makanan Bayi Umur 6 Bulan
a.       Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara secara bergantian.
b.      Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.
c.       Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi/anak mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga.
d.      Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak balita sambil tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk keruang tengah.
e.       Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit.

C. Makanan Bayi Umur 6 – 9 Bulan

a.      Pemberian ASI diteruskan.
b.      Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari.
c.       Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
d.      Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sbb :
Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan
Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan
Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan
“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”



D. Makanan Bayi Umur 9 – 12 Bulan

a.      Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
b.      Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
c.       Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti (terlampir). Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.


E. Makanan Anak Umur 12 – 24 Bulan
a.      Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
b.      Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c.       Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.
d.      Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

F. Perilaku Makan Anak Sekolah       
Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan. Perilaku makan pada anak usia di sekolah tersebut harus dihatikan secara cermat dan hatihati. Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan. Perilaku akan pada anak usia di sekolah tersebut harus diperhatikan secara cermat dan hati hati. 
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ organ dan sistem tubuh anak. Foodborne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, sehingga seringkali kurang diperhatikan.


G.  Pemberian Nutrisi Yang Baik Dan Benar Pada Anak Sekolah 
Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek,seperti ekonomi, sosial ,budaya,agama,disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi,selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak.
Karena besarnya variasi kebutuhan makanan pada masing-masing anak,maka dalam memberikan nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan Jumlah, Jenis dan Jadwal pada umur anak tertentu. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya mengutamakan jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak. Contoh, pemberian makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurangmengandung nilai gizi yan baik. Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga mmerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya.
Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak.

H.  Bahaya Makan Jajanan
Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari. Bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
Menariknya, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% – 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Belakangan juga terungkap bahwa reaksi simpang makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan Luang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Wawancara dengan PKL menunjukkan bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. BTP ilegal menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangat cerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Lebih jauh lagi, kita ketahui bahwa makanan yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan bersih.Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat.

I. Upaya Perbaikkan
Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Sekolah dan pemerintah perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Materi komunikasi tentang keamanan pangan yang sudah pernah dilakukan oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan dapat ditingkatkan penggunaannya sebagai alat bantu penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah.
Perlu diupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang yang dilakukan di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan. Koordinasi oleh pihak sekolah, persatuan orang tua murid dibawah konsultasi dokter sekolah atau Pusat Kesehatan Masyarakatsetempat untuk dapat menyajikan makanan ringan pada waktu keluar istirahat yang bisa diatur porsi dan nilai gizinya. Upaya ini tentunya akan lebih murah dibanding anak jajan diluar disekolah yang tidak adajaminan gizi dan kebersihannya.
Dengan menyelenggarakan kegiatan makanan tambahan tersebut, diharapkan mendapat keuntungan, misalnya : anak sudah ada jaminan makanan disekolah, sehingga orang tua tidak khawatir dengan makanan yang dimakan anaknya disekolah. Ibu yang selalu khawatir biasa memberi bekal makanan pada anaknya. Kalau makanan yang baik dan bergizi tersedia disekolah, akan meringankan tugas ibu. Dalam kegiatan ini bisa pula dikenalkan berbagai jenis bahan makanan yang mungkin tidak disukai anak ketika disajikan dirumah, tetapi akan menerima ketika disajikan disekolah. Dengan demikan anak dapat mengenal aneka bahan pangan.
Banyak studi yang menunjukkan persentase anak sekolah Amerika yang kelebihan berat badan bertambah hampir tiga kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Kecenderungan tersebut diduga akibat makanan faft food (junk food) dan kurang olahraga. Pengalaman yang bisa diambil jadi contoh yaitu kebijakan baru di Los Angeles dalam beberapa tahun ke depan akan menghilangkan tahap demi tahap minuman ringan di mesin-mesin penjaja dan kafetaria. Minuman yang dianggap tak bermanfaat itu akan diganti dengan air putih, susu dan buah-buahan dan minuman olahraga. Hal ini menunjukkan statu kepedulian terhadap kesehatan anak usia sekolah.

9.      MITOS PADA ANAK

1.      Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel  biasanya oleh orang tua sering mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut.
Contohnya : Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara
2.      Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.
3.      Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu berbeda satu sama lain. Itu dapat terjadi dari pola makan,gaya hidup dan lingkungan sekitar anak tersebut.
4.      Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasaanya orang tua yang masih kental dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka anak tersebut.
5.      Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan anak tersebut sakit.
6.      Menurut sebagian orang yang masih meyakini kebudayaan bahwa orang yang sering mengkonsumsi air kelapa akan menyebabkan keluarnya keputihan yang banyak. Tetapi dalam ilmu kesehatan hal tersebut sangat bertolak belakang  sebab air kelapa sangat berguna untuk mnyembuhkan penyakit gastristis.
7.      Menurut sebagian orang tua jika sedang menstruasi tidak diperbolehkan mencuci rambut sampai menstruasi selesai karena sebagian mereka mempercayai berhentinya darah sebelum menstruasi selesai. Padahal, hal tersebut menurut kesehatan tidak baik karena akan menyebabkan kulit kepala kotor dan gatal-gatal.
8.      Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. " Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung"
9.      Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam
Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit la tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
10.  Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
            Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa , keluarnya panas melalui kepala hanya10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan , dan tangan.
11.  Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi
            Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu ) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat . Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.

12.  Asupan lain ketika ASI belum keluar
     Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
13.   Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
            Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin pada bayi.
14.  Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tak salah langkah..
a.      Anak kurus karena kurang vitamin
Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap anemia."
Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C.
Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali.
Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.
b.      Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering, kan, kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC," ujar Ghazali.
Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung.

KESIMPULAN

Aspek adalah sesuatu yang mendasar atau mengikat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sehingga jika digabungkan dengan kesehatan anak, budaya seperti ini masih sangat kental sekali untuk dipercayai. Contohnya, Seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan  karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar