Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kesehatan Anak (ISBD)
1. PENGERTIAN DAN PELAYANAN ANAK
1.1 Pengertian Anak
Anak merupakan mahkluk sosial, yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak
juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri dimana semuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada
tiap-tiap fase perkembangannya.
Seorang anak mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang
ini sangat memprihatinkan karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkena
penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Banyak anak-anak di
pelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada
anak mereka.
Kebutuhan-kebutuhan anak :
a. Pertumbuhan
dan perkembangan anak
b. Pemberian imunisasi
c. Pemeriksaan
fisik pada anak
d. Usaha
kesehatan sosial
e. Pemberian
gizi pada anak
1.2 Pelayanan Kesehatan Anak
Rumah Sakit maupun pelayanan
kesehatan di Indonesia memberikan batas pelayanan kesehatan anak dari umur 13
s/d 14 tahun, sedangkan jika sudah diatas 14 tahun maka sudah dianggap dewasa.
Pelayanan kesehatan anak bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian imunisasi, pemeriksaan fisik,
usaha kesehatan sosial dan pemberian gizi.
2.
PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini
adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena
hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua
belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan
dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak
tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman
bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam,
2005).
2.1
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena
adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel.
Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara
kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu
bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi, pertumbuhan
lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih
besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi
badan dan lingkar kepala. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat
dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang
badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur.
Pada usia dua tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan
keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih dari seperempatnya.
2.2 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dan struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi
(IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif,
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini
diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk
bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut
benda-benda di sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.
2.3 Tumbuh Kembang
·
Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah
karena dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan
pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan
terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang
tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada
anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai
sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan
cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis
keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras,
pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
·
Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap
hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah
cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu
tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua
atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat untuk bermain.
Pada tahap pengingkaran, perilaku
yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina
hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh
karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada
lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya
atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena
mendapatkan tindakan invasive, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak
akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul.Walaupun demikian, anak dapat
menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyerinya.
·
Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit
memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih
sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman
sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia
prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di
rumah sakit juga membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di
rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa
kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan
anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau
takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan
dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua.
·
Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit
memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga
dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control
juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas.
Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak
kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau
pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi
terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara
verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia
sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
·
Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja memersepsikan
perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus
berpisah dengan teman sebayanya. Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak
akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut.
Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah
sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitias ini adalah
dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak
mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama
pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau
pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-tanya, menarik diri dari
lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain (Supartini,2004).
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
3.1 Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang
akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan dicapainya potensi genetik/ bawaan/ bakat anak. Lingkungan yang
kurang baik akan menghambat pertumbuhan, sehingga potensi bawaan atau bakat
tidak dapt dicapai. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis dan sosial yang
pada dasarnya disebut lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain.
Lingkungan fisikobiopsikososial tersebut dapat berupa
:
1.
Orang tua
a.
Hidup rukun dan harmonis
b.
Persiapan jasmani, mental, sosial yang matang pada
saat membina keluarga
c.
Mempunyai riwayat pendidikan yang baik
d.
Mempunyai pekerjaan tetap
e.
Mempunyai tingkat ekonomi/ kesejahteraan yang cukup
f.
Mempunyai waktu dalam membina keluarga
g.
Tinggal di rumah yang sehat
h.
Tinggal di lingkungan yang sehat
2. Pelayanan
KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan ibu dan anak dengan jaringan
fasilitas yang memadai dalam tenaga, peralatan, anggaran serta mencakup seluruh
populasi.
3. Di daeerah
perkotaan atau pedesaan di ciptakan keadaan cukup baik dalam segi-segi :
a.
Kesehatan, misalnya pengetahuan keluarga mengenai
kesehatan, penyebaran fasilitas kesehatan
b.
Geografis,
Misalnya sumbeer alam dan komunikasi
c.
Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur,
penyebaran penduduk, kebijaksanaan keluarga berencana, urbanisasi dan
transmigrasi
d.
Sosial ekonomi, misalnya kesempatan kerja/ lapangan
kerja, tingkat pendapatan, perumahan, lingkungan hidup
e.
Psikokulturil, misalnya pendidikan di sekolah, di
rumah dan di luar sekolah, kebiasaan, kepercayaan, tradidsi, sikap terhadap
masalah kesehatan
f.
Kebijaksanaan politik pemerintah, misalnyaperencanaan
perkembangan/ pembangunan ekonomi, kesejahteraan anak.
4. Pendidikan
di rumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, sosial, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan,
ketrampilan dan kepribadian.
Dengan demikian harus disadari bahwa
lingkungan fisikobiopsikososial yag cukup baik merupakan kebutuhan yang tidak
dapat ditunda karena hal ini merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sangat baik. Penundaan hal tersebut dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya.
3.2 Pertumbuhan dan perkembangan jasmani
Seorang anak bukan seorang dewasa
dalam bentuk tubuh yang kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang
dewasa. Ia harus terus dan tetap berkembang sampai dewasa agar menjadi orang
berguna bagi semua orang.
Semua orang harus memahami persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang sebab pada fase itu seorang anak selalu
bergantung pada orang yang ada disekitarnya mengenai makanan, perawatan,
bimbingan dan perasaan aman. Apabila ligkungan disekitar buruk maka segera lah
dirubah sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan tidak
dapat dipisahkan satu dariyang lain karena itu saling berkaitan sangat erat.
Untuk perkembangan normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan
fungsi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimum di butuhkan
makanan yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak yang sedang tumbuh.
Pencegahan penyakit menular juga merupakan hal yang penting, di samping
membutuhkan bimbingan, pembinaan, perasaan aman dan kasih sayang dari orang tua
yang hidup rukun, bahagia sejahtera dalam lingkungan yang sehat agar penularan
penyakit akut maupun kronis tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebelum bayi lahir terdapat
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sekali, yaitu berasal dari seorang
makhluk yang hanya terdiri dari satu sel sampai terlahir menjadi seorang bayi
hingga pada saatnya nanti dia akan hidup sendiri terpisah dari ibunya.
Pada triwulan pertama masa embrio
sangat penting kerena merupakan masa pembentukan organ, lalu dalam triwulan
berikutya janin lebih bertahan karena pertumbuhan organ telah selesai dan
selama triwulan terakhir pertambahan berat badan cepat sekali dan terdapat
penimbunan lemak di bawah jaringan kulit.
1. Tahap
pertumbuhan anak
a.
Tahun pertama mengalami pertumbuhan yang cepat sekali,
kemudian mengurang berangsur-angsur smpai umur 3-4 tahun.
b.
Sampai pada masa anak ke masa dewasa atau masa
peralihan pertumbuhan berjalan lambat dan teratur
c.
Masa anak ke masa peralihan (12-16 tahun)
pertumbuhannya cepat
d.
Kecepatan pertumbuhan mengurang sedikit demi sedikit
hingga berakhir kira-kira sampai umur 18 tahun.
2.
Pertumbuhan BB, TB dan lingkar kepala
a.
BB ( Berat Badan )
Berat badan meruupakan ukuran terbaik untuk menilai
atau menentukan pertumbuhan karena merupakan gabungan keseluruhan dari berbagai
macam ukuran. Dalam penilaian berat badan harus berhati-hati karena anak yang
memiliki berat badan banyak belum tentu gizinya lebih baik dari anak yang berat
badannya lebih sedikit (normal). Sekarang banyak anak yang berat badannya
banyak tapi di dalam tubuhnya hanya berisi cairan (Bengkak) bukan gemuk.
Berat Badan
Lahir di Indonesia diperkirakan antara 2,7-4,1kg dan dalam 3 bulan pertama
kenaikan berat badan diperkirakan naik 1kg/ bulan.
1.
Umur 5 bulan, berat badan 2x dari BBL
2.
Umur 6 bulan, berat badan naik ± ½kg / bulan
3.
Umur 1 tahun, berat badan 3x dari BBL
4.
Umur 2 tahun, berat badan 4x dari BBL
5.
Umur 6 tahun, berat badan 2x dari berat pada umur 1
tahun
Pada masa prasekolah dan sekolah kecepatan pertumbuhan
berat badan mulai menurun karena dibarengi dengan pertumbuhan beberapa organ
dan mulai aktif dalam beraktivitas yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
jaringan sedemikian rupa sehingga jumlah jaringan lemak di bawah kulit
mengurang. Masa peralihan adalah masa sangat penting dimana saat sebelum dan
sewaktu dalm masa peralihan di bawah kulit terbentuk kembali jaringan lemaknya.
Perbedaan jaringan lemak yang terdapat pada anak wanita dan pria adalah,
penimbunan lemak pada wanita banyak tertimbun di sekitar panggul, payudara dan
di daerah pergerakan sedangkan pada pria banyak tertimbun di punggung.
Perubahan jaringan lemak dan berat badan pada wanita berlangsung sampai
beberapa tahun setalah masa peralihan sedangkan pada pria setelah melalui masa
peralihan berat badan tidak bertambah. Pertambahan berat badan tergantung dari
makanan, hormon dan faktor keturunan.
Cara mengukur berat badan :
1. Berat Badan
Pada bayi BB
diukur dengan timbangan bayi, sedangkan pada anak dengan timbangan berdiri.
Periksa
terlebih dahulu : alat sudah dalam keadaan seimbang atau belum.
Bayi
ditimbang berbaring terlentang atau duduk tanpa baju. Sedangkan anak
ditimbang berdiri tanpa sepatu minimal menggunakan pakaian.
Samapai umur
1 tahun : timbang setiap bulan
Sampai umur
3 tahun : timbang setiap 3 bulan
Dilanjutkan
2x pertahun selama lima tahun
Lebih dari
umur 5 tahun : dilakukan setiap tahun kecuali bila terdapat kelainan atau
penyimpangan berat badan.
2.
TB (Tinggi Badan)
Saat lahir
tinggi badan atau panjang badan ±50cm, sehingga pada umur 1 tahun panjangnya
71cm kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang sehingga setelah umur 2 tahun
kecepatan pertambahan tinggi badan kira-kira 5cm pertahun.
Pertumbuhan
TB :
-
1 tahun : 1½
x Panjang lahir
-
4 tahun : 2
x Panjang lahir
-
6 tahun : 1½
x Panjang umur 1 tahun
-
13 tahun : 3
x Panjang lahir
-
Dewasa : 2 x
Panjang umur 2 tahun
Perubahan tubuh pada masa peraliahan berlangsung
karena pengaruh hormon kelamin dan hipofisis. Pada awal masa peralihan terdapat
penambahan beratbadan yang drastis disertai dengan penambahan tinggi badan.
Pada permulaan masa peralihan pertumbuhan cepat sekali.
Dalam masa yang pendek ini tinggi badan akan dapat bertambah kurang lebih 10cm
pertahun. Sampai pada masa peralihan pertumbuhan pada pria dan wanita
kecepatannya berkurang menurut norma tertentu, tetapi setelah itu terdapat
perbedaan. Tinggi badan pria selama masa peralihan lebih cepat dibandingkan
dari pada tinggi badan anak wanita.
Cara
mengukur tinggi badan :
Alat
pengukur terbuat dari kayu, yang satu ujungnya mempunyai batas yang tetap,
sedangkan yang lain bisa digerakan. bayi ditidurkan terlentang tanpa sepatu dan
tanpa topi di atas kayu yang keras. Usahakan agar tubuh anak lurus agar panjang
bayi dapat diukur dengan akurat, dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang
tetap. Sedangkan kayu yang dapat bergerak menuju tumit bayi. Pada anak, tinggi
badan dukur dengan posisi berdiri tanpa sepatu, telapak kaki dirapatkan dan
punggung bersandar pada dinding.
3. Lingkar
kepala
Pengukuran
pada lingkar kepala yang diukur adalah lingkaran kepala terbesar. Tujuannya
untuk mengetahui perubahan daalam pertumbuhan otak.
Cara
mengukur lingkar kepala :
Caranya
dengan meletakkan pita lingkar kepala melalui glabela pada bayi, bagian atas
alis mata dan bagian belakang kepala yang paling menonjol yaitu protuberonsia
oksipitalis. Pita pengukur diletakkan sedemikian rupa sehingga kencang
melingkari kepala.
3.3
Imunisasi
atau Vaksinasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan
tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang.
Imunisasi sendiri berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten.imunitas atau kekebalan dari suatu
penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap penyakit tersebut pada
sistem tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein yang diproduksi oleh
tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau organisme pembawa penyakit.
Antibodi merupakan protein yang spesifik terhadap satu penyakit. Sebagai
contoh, antibodi terhadap penyakit campak akan melindungi seseorang yang
terpapar penyakit campak, akan tetapi tidak dapat menimbulkan efek melindungi
apabila ia terkena penyakit lain seperti gondokan.
imunisasi mungkin dapat memberikan
efek samping yang membuat anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan
yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna.
Terdapat 2 jenis imunitas atau kekebalan tubuh yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif, perbedaannya adalah :
3.4 Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif didapat akibat
terkena paparan organisme penyebab penyakit yang memicu sistem kekebalan tubuh
untuk memproduksi antibodi terhadap penyakit tersebut. Paparan terhadap
organisme tersebut dapat berupa terkena penyakit tersebut secara langsung
(sehingga timbul kekebalan alamiah) atau dikenai organisme penyebab penyakit
yang telah dibunuh atau dilemahkan melalui vaksinasi (kekebalan akibat
vaksinasi). Sehingga, apabila suatu saat orang tersebut terkena paparan
penyakit itu, maka sistem kekebalan tubuhnya akan mengenali penyakit tersebut
& segera memproduksi antibodi yang diperlukan untuk melawan. Kekebalan
aktif berlangsung dalam jangka panjang & bahkan seumur hidup.
3.5 Kekebalan
Pasif
Kekebalan pasif tersedia dalam tubuh
apabila seseorang diberikan antibodi terhadap suatu penyakit & bukan
diproduksi sendiri oleh sistem kekebalan tubuhnya. Bayi baru lahir biasanya
akan mempunyai kekebalan pasif dari ibunya melalui plasenta. Seseorang juga
dapat mempunyai kekebalan pasif melalui pemberian cairan antibodi misalnya
imunoglobulin, yang dapat diberikan saat itu juga untuk melindungi terhadap
suatu penyakit. Hal inilah yang menjadi keuntungan utama dari pemberian
kekebalan pasif, yaitu perlindungan terhadap penyakit langsung didapat,
sedangkan pada kekebalan aktif membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
terbentuk perlindungan (biasanya beberapa minggu). Akan tetapi kekurangannya
adalah, kekebalan pasif hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan,
sedangkan pada kekebalan aktif berlangsung lebih lama bahkan bisa seumur hidup.
Imunisasi
anak sangat penting, kenapa? Walaupun imunisasi sendiri diperlukan oleh semua
orang pada setiap tahapan usia, akan tetapi penekanannya lebih banyak kepada
anak-anak, kenapa demikian ? Saat lahir, bayi mempunyai perlindungan terhadap
beberapa penyakit tertentu karena antibodi ibunya yang diberikan lewat
plasenta. Kemudian setelah lahir, bayi yang diberikan ASI juga akan menerima
manfaat tambahan dari antibodi yang terdapat dalam ASI. Tetapi kedua
perlindungan tersebut bersifat hanya sementara. Sedangkan pada bayi atau anak
sendiri rentan terkena penyakit karena beberapa organ tubuhnya belum berfungsi
secara sempurna untuk melindungi tubuhnya, oleh karena itu imunisasi penting
dilakukan supaya mereka mempunyai kekebalan tubuh sendiri terhadap penyakit
tersebut.
Beberapa
orang tua merasa khawatir untuk melakukan imunisasi terhadap anak mereka,
karena mereka takut anak akan mengalami efek samping yang serius atau bahkan
terkena penyakit itu sendiri. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu ditakutkan,
karena meskipun komponen dari vaksin tersebut adalah organisme penyebab
penyakit, tetapi mereka sudah dilemahkan atau dimatikan. Bahkan pada beberapa
jenis vaksin, yang digunakan adalah bagian tubuh dari organisme tersebut,
sehingga tidak mungkin untuk menyebabkan penyakit. Beberapa vaksin tertentu
memang dapat menimbulkan efek samping seperti rasa sakit di tempat penyuntikan
ataupun demam, akan tetapi reaksi lain yang lebih serius jarang terjadi.
Bisa
dianggap reaksi efek samping akibat pemberian vaksin lebih kecil dibandingkan
dengan resiko kesehatan akibat penyakit tersebut dimasa yang akan datang ,
apabila tidak diberikan vaksinasi. Bahkan bisa dibilang imunisasi adalah
investasi awal untuk kesehatan anak di masa depan.
Pada tahun 2010 yang
direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)tidak dicantumkannya
lagi imunisasi wajib & imunisasi tidak wajib. Hal ini karena menimbulkan
anggapan di masyarakat bahwa imunisasi tidak wajib, tidak penting dilakukan.
Dimana hal tersebut adalah salah, karena semua imunisasi tersebut sebaiknya
dilakukan agar dapat membantu anak terlindungi dari penyakit yang berbahaya.
Yang ada adalah imunisasi yang sudah bisa diberikan oleh pemerintah secara
gratis & imunisasi yang belum bisa diberikan oleh pemerintah secara gratis,
karena beberapa sebab.
4. TIPS SEPUTAR IMUNISASI ANAK
Meskipun imunisasi aman dilakukan
pada anak-anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum
membawa anak mereka untuk diimunisasi.
4.1 Kapan harus
menunda atau menghindari pemberian imunisasi pada anak
a.
Jika anak menderita sakit/demam & rewel, meskipun
bila hanya batuk/pilek biasa tanpa demam & rewel, anak masih bisa tetap di
imunisasi.
b.
Jika anak mempunyai reaksi alergi pada pemberian
imunisasi sebelumnya. Beritahu dokter jika anak memiliki alergi terhadap bahan
latex, karena terdapat salah satu jenis imunisasi yang memiliki aplikator dari
latex.
c.
Jika anak memiliki masalah/penyakit pada sistem
pencernaannya, konsultasikan dahulu ke dokter.
d.
Jika anak baru-baru ini menerima transfusi darah atau
gamma globulin.
e.
Jika anak mempunyai masalah sistem kekebalan tubuhnya
akibat penyakit tertentu seperti kanker, sedang mengkonsumsi steroid atau obat
penekan sistem kekebalan tubuh lainnya atau sedang menjalani proses terapi
radiasi atau kemoterapi.
4.2 Merawat
anak setelah imunisasi
Apabila mengalami demam, anak dapat
diberikan paracetamol atau ibuprofen, tergantung dari usia anak, untuk dosis
tepatnya dapat konsultasi ke dokter. Jika anak mengalami muntah atau diare,
berikan cairan sesering mungkin & awasi tanda atau gejala terjadinya
dehidrasi seperti misalnya buang air kecil yang tidak sesering biasanya. Jika
ada reaksi lain yang tidak terduga sehabis imunisasi, sebaiknya konsultasi
kembali ke dokter yang menangani.
4.3 Pencatatan Imunisasi
Bila melakukan imunisasi di RS,
biasanya orang tua akan mendapatkan buku untuk mencatat imunisasi apa saja yang
telah dilakukan & yang belum dilakukan serta waktu harus melakukan
imunisasi tersebut. Pencatatan imunisasi ini penting untuk dilakukan, sehingga
tidak terjadi tumpang tindih antara imunisasi yang belum & telah dilakukan.
Apabila saat melakukan imunisasi tidak diberikan buku, dapat juga membuat buku
sendiri yang mencatat waktu imunisasi, umur anak saat imunisasi,jenis imunisasi
yang dilakukan & tempat melakukan imunisasi dengan paraf dokter yang
melakukan imunisasi.
4.4 Jenis/Macam Vaksin Imunisasi Untuk Anak
Berbagai
jenis vaksin diantaranya:
v BCG
f. Perlindungan
Penyakit : TBC / Tuberkolosis
g. Penyebab :
Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
h. Kandungan :
Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
i.
Waktu Pemberian: Umur / usia 2 bulan
v DPT/DT
a.
Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan),
Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
b.
Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
c.
Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
4.5 Polio
a.
Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh
layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.
b.
Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
4.6 Campak / Measles
Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek
Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
4.7 Hepatitis B
a.
Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati
mematikan
b.
Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi III
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi III
5. Jenis /
Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :
1. MMR
a.
Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak
Jerman
b.
Waktu Pemberian
:
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
2. Hepatitis A
a.
Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
b.
Penyebab : Virus hepatitis A
c.
Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
3. Typhoid & parathypoid
a.
Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
b.
Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
c.
Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi
I. Tergantung situasi dan kondisi
4. Varisella
(Cacar Air)
a.
Perlindungan Penyakit : Cacar Air
b.
Penyebab : Virus varicella-zoster
c.
Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan
selang waktu 4 s/d 8 minggu.
6. PEMERIKSAAN
FISIK PADA ANAK
6.1 KEPALA
a. Bentuk kepala ; makrosefali atau
mikrosefali
b. Tulang tengkorak :
c. Anencefali : tidak ada tulang
tengkorak
d. Encefalokel : tidak menutupnya
fontanel occipital
e. Fontanel anterior menutup : 18 bulan
f. Fontanel posterior : menutup 2 – 6
bulan
g. Caput succedeneum : berisi serosa ,
muncul 24 jam pertama dan hilangdalam 2 hari
h. Cepal hematoma : berisi darah,muncul
24 – 48 jam dan hilang 2 – 3minggu
i. Distribusi rambut dan warna
j. Jika rambut berwearna / kuning dan
gampang tercabut merupakan indikasiadanya gangguan nutrisi
k. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau
< 49 dan diukur dari bagian frontalkebagian occipital.
6.2 MUKA
a. Simetris kiri kanan
b. Tes nervus 7 ( facialis )
c. Sensoris : Menyentuhkan air dingin
atau air hangat daerah maksilladan mandibula dan menyebutkan apa yang
dirasakan.
d. Motorik : pasien diminta mengerutkan
dahi,kemudian menutupmata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua
kelopak mata agar tetap terbuka.
e. Tes nervus 5 ( trigeminus )
f. Sensorik : menyentuhkan kapas pada
daerah wajah danapakah ia merasakan sentuh tersebut
g. Motorik : menganjurkan klien untuk
mengunyah dan pemeriksa meraba otot masenter dan mandibula.
6.3. MATA
a. Simetris kanan kiri
b. Alis tumbuh umur 2-3 bulan
c. Kelopak mata :
d. Oedema
e. Ptosis : celah kelopak matamenyempit
karena kelopak mata atasturun.
f. Enof kelopak mata mnyempit karena
kelopak mata atas dan bawahtertarik kebelakang.
g. Exoptalmus : pelebaran celah kelopak
mata, karena kelopak mataatas dan bawah tertarik kebelakang.
h. Pemeriksaan nervus II (
optikus),test konfrontasi danketajaman penglihatan.
i. Sebagai objek mempergunakan jari
j. Pemeriksa dan pasaien duduk
berhadapan ,mata yang akandiperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang
biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis ketinggian
yangsama.
k. Jarak antara keduanya berkisar 60 –
100 cm. Mata yang lainditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari
sampingtelinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh pemeriksa maka
secaranormal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
l. Anak dapat disuruh membaca atau
diberikan Snellen Chart.
m. Pemeriksaan nervus III (
Oculomotoris refleks cahaya)
n. Pen light dinyalakan mulai dari
samping atau, kemudiancahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan
diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
o. Apakah pupil isokor kiri atau kanan
p. Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis )
pergerakan bola mata
q. Menganjurkan klien untuk melihat ke
atas dan ke bawah.
r. Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
s. Menganjurkan klien untuk melihat ke
kanan dan kekiri.
t. Pemeriksaan nervus V( Trigeminus)
Reflekskornea
u. Tutup mata yang satu
dengan penutup
v. Minta klien untuk melirik
kearahlaterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
w. Sentuhkan pilinan kapas padakornea,
respon refleks berupa kedipan kedua mata secara cepat.
x. Glaberal refleks: mengetuk
dahidiantara kedua mata,hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkankedua mata
klien berkedip.
y. Doll eye refleks : bayi
dipalingkandan mata akan ikut ,tapi hanya berfookus pada satu titik.
6.4 HIDUNG
a. Posisi hidung apakah simetris kiri
kanan
b. Jembatan hidung apakah ada atau
tidak ada, jika tidak ada diduga downsyndrome.
c. Cuping hidung masih keras pada umur
< 40 hari
d. Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan
di depan hidung, dan apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
e. Gunakan speculum untuk melihat
pembuluh darah mukosa, secret, poliup,atau deviasi septum.
f. Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
g. Tutup salah satu lubang hidung
klien,berikan bau bauan lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa.Tiap
hidung diuji secara terpisah.
6.5 MULUT
a. Bibir kering atau pecah – pecah
b. Periksa labio schizis
c. Periksa gigi dan gusi apakah ada
perdarahan atau pembengkakan.
d. Tekan pangkal lidah dengan
menggunakan spatel,hasil positif bila adarefleks muntah ( Gags refleks)
e. Perhatikan ovula apakah simetris
kiri dan kanan
f. Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
g. Tekan lidah dengan menggunakan
spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula
apakah terngkat.
h. Pemeriksaan nervus VII ( facialis)
sensoris
i. Tetesi bagian 2/3 anterior lidah
dengan rasa asin, manis dan pahit,kemudian menentukan zat apa yang dirasakan
dan 1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.
j. Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
k. Menyuruh pasien untuk menjulurkan
lidah lurus lurus kemudianmenarik dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah
ke kiri dan kekanan dan sementara itu pemeriksa melakukan palpasi pada
kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
l. Rooting refleks : bayi akan mencari benda
yang diletakkandisekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya.
m. Dengan memakai sarung tangan,
masukkan jari kelingkingkedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada
lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari kelingking
diataslidah , hasil positif jika ada refleks mengisap (Sucking Refleks)
6.6 TELINGA
a. Simetris kiri dan kanan
b. Daun telinga dilipat, dan lama baru
kembali keposisi semula menunjukkantulang rawan masih lunak.
c. Canalis auditorious ditarik kebawah
kemudian kebelakang,untuk melihatapakah ada serumen atau cairan.
d. Pemeriksaan tes nervus VIII
(Acustikus)
menggesekkan
rambut, atau tes bisik.
e. Mendengarkan garpu tala (Tes
Rinne,Weber)
f. Starter refleks :tepuk tangan dekat
telinga, mata akan berkedip.
6.7 LEHER.
a. Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih
pendek dari orang dewasa.
b. Periksa arteri karotis
c. Vena Jugularis
d. posisi pasien semifowler 45 dan
dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideusmaka akan tampak adanya vena.
e. Taruh mistar pada awal dan akhir
pembesaran vena tersebutkemudian tarik garis imajiner untuk menentukan
panjangnya.
g. Raba tiroid : daerah tiroid
ditekan,dan p[asien disuruh untuk menelan,apakah ada pembesaran atau
tidak.
h. Tonick neck refleks : kedua tangan
ditarik, kepala akanmengimbangi.
i. Neck rigting refleks refleks :
posisi terlentang,kemudian tanganditarik kebelakang,pertama badan ikut berbalik
diikuti dengan kepala.
j. Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
k. Menganjurkan klien memalingkan
kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepan,pemeriksa memberi tahanan terhadap
kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.
6.8 DADA
a. Bentuk dada apakah simetris kiri dan
kanan
b. Bentuk dada barrel anterior –
posterior dan tranversal hampir sama 1:1dandewasa 1: 2
c. Suara tracheal : pada daerah
trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1
d. suara bronchial : pada percabangan
bronchus, pada saat udara masuk,intensitas keraspada ICS 4-5 1:3
e. Suara broncho vesikuler : pada
bronchus sebelum alveolus, intensitassedang ICS 5.
f. suara vesikuler : pada seluruh
bagian lateral paru, intensitas rendah3:1
g. Wheezing terdengar pada saat
inspirasi dan rales pada saatekspirasi
h. Perkusi pada daerah paru suara yang
ditimbulkan adalah sonor
i. Apeks jantung pada mid klavikula
kiri intercostals 5
j. Batas jantung pada sternal kanan ICS
2 ( bunyi katup aorta),sternal kiri ICS 2 ( bunyi katup pulmonal), sternal kiri
ICS 3-4 ( bunyikatup tricuspid), sternal kiri mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup
mitral).
l. Perkusi mpada daerah jantung adalah
pekak.
6.9 ABDOMEN
a. Tali pusat : Dua arteri satu vena.
b. Observasi adanya pembengkakan atau
perdarahan.
c. Observasi vena apakah terbayang atau
tidak.
d. Observasi distensi abdomen.
e. Terdengar suara peristaltic usus.
f. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 –
2 cm dibawah costa, panjangnya padagaris media clavikula 6 – 12 cm.
g. Palpasi pada daerah limpa pada
kuadran kiri atasPerkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah
pekak Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpan
h. Refleks kremaster : gores pada
abdomen mulai dari sisi lateralkemedial ,terlihat kontraksi.
7.
PUNGGUNG.
a. Susuri tulang belakang , apakah ada
spina bivida okulta : ada lekukan pada lumbo sacral,tanpa herniasi dan
distribusi lanugo lebih banyak.
b. Spina bivida sistika : dengan
herniasi , meningokel ( berisi meningendan CSF) dan mielomeningokel ( meningen
+ CSF + saraf spinal).
c. Rib hum and Flank: dalam posisi
bungkuk jika tulang belakangrata/simetris( scoliosis postueral) sedangkan jika
asimetris atau bahu tinggi sebelah danvertebra bengkok ( scoliosis structural)
skoliometer >40
7.1 TANGAN
a. Jumlah jari – jari polidaktil (
.> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
b. Pada anak kuku dikebawakan, dan
tidak patah , kalau patah didugakelainan nutrisi.
c. Ujung jari halus
d. Kuku klubbing finger < 180 ,bila
lebih 180 diduga kelainan system pernafasan
e. Grasping refleks : meletakkan jari
pada tangan bayi, maka refleks akanmenggengam.
f. Palmar refleks : tekan pada telapak
tangan ,akan menggengam
7.2 PELVIS
a. CDH : test gluteal , lipatan paha
simetris kiri kanan
b. Ortholani test : lutut ditekuk sama
tinggi/tidak
c. Barlow test : kedua lutut ditekuk
dan regangkan kesamping akan terdengar bunyi klik
d. Tredelenburg test : berdiri angkat
satu kaki, lihat posisi pelvis apakahsimetris kiri dan kanan.
e. Waddling gait : jalan seperti bebek.
7
USAHA KESEHATAN SOSIAL
Sehat menurut WHO adalah segala bentuk kesehatan
badan, rohani/mental dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat atau
kelemahan-kelemahan.
Sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan jiwa, seperti yang diatur dalam lembaran
Negara RI No. 2805 yaitu suatu keadaan/kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, mental dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara
selaras dengan perkembangan orang lain.
Masyarakat yaitu sekelompok orang yang memiliki
identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu serta mengembangkan
norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya.
Kesehatan sosial yaitu peri kehidupan dalam masyarakat,
dimana perikehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap orang cukup
kemampuan untuk memelihara dan mewujudkan kehidupan sendiri maupun kehidupan
keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan ia dapat menikmati hiburan.
Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan
Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit
menular
c. Pendidikan untuk kebersihan
perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Adapun disiplin ilmu yang menopang IKM atau sering
disebut pilar utama IKM yaitu :
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/Statistik kesehatan
d. Promosi Kesehatan
e. Administrasi Kesehatan Masyarakat
f. Gizi Masyarakat
g. Kesehatan Kerja
Sedangkan
sebagai seni yaitu :
a. Pemberantasan penyakit menular
maupun tidak menular
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan
masyarakat
f. KIA
g. Pembinaan Gizi masyarakat
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum
i. Pengawasan obat dan minuman
j. Pembinaan peran serta masyarakat
8.
PEMBERIAN MAKANAN
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak,
perkembangan dan kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur
0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :
a. Makanan bayi umur 0 – 6 bulan
b. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
c. Makanan anak umur 9 – 12 bulan
d. Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus.
a. Makanan bayi umur 0 – 6 bulan
b. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
c. Makanan anak umur 9 – 12 bulan
d. Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus.
A. Makanan Bayi Umur 0 – 6 Bulan
a. Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif )
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
b. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
c. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 – 10 kali setiap hari.
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 – 10 kali setiap hari.
B. Makanan Bayi Umur 6 Bulan
a. Pemberian ASI diteruskan, diberikan
dari kedua payudara secara bergantian.
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan
MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah.
Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah
air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali
salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit
mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa
hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.
c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI
lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI
berbentuk cairan diberikan dengan sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol
dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan
bayi/anak mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga.
d. Memberikan MP-ASI dengan botol dan
dot untuk anak balita sambil tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah,
apabila MP-ASI masuk keruang tengah.
e. Memperkenalkan makanan baru pada
bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu
bayi lapar, sedikit demi sedikit.
C. Makanan
Bayi Umur 6 – 9 Bulan
a. Pemberian ASI diteruskan.
b. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna
sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI
lumat 2 x sehari.
c. Untuk mempertinggi nilai gizi
makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak,
yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah
kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan
vit A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
d. Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI
bayi dengan takaran paling sedikit sbb :
Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan
Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan
Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan
“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”
Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan
Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan
Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan
“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”
D. Makanan
Bayi Umur 9 – 12 Bulan
a. Pada umur 10 bulan bayi mulai
diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan
peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur
secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
b. Berikan makanan selingan 1 kali
sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur
kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar
kebersihannya terjamin.
c. Bayi perlu diperkenalkan dengan
beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai
lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti (terlampir). Pengenalan berbagai
bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan
yang sehat dikemudian hari.
E. Makanan
Anak Umur 12 – 24 Bulan
a. Pemberian ASI diteruskan. Pada
periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi
yang berkualitas tinggi.
b. Pemberian MP-ASI atau makanan
keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang
dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali
sehari.
c. Variasi makanan diperhatikan dengan
menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun,
roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur,
ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti
dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.
d. Menyapih anak harus bertahap, jangan
dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi
sedikit.
Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari
aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan
jajanan di sekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau
kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan. Perilaku makan pada anak usia di
sekolah tersebut harus dihatikan secara cermat dan hatihati. Kegiatan di
sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari,
termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah ternyata sangat beresiko
terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan.
Perilaku akan pada anak usia di sekolah tersebut harus diperhatikan secara
cermat dan hati hati.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena
mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan
kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi
dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang
tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian
makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan
gangguan pada banyak organ organ dan sistem tubuh anak. Foodborne diseases atau
penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius,
sehingga seringkali kurang diperhatikan.
G. Pemberian Nutrisi Yang Baik
Dan Benar Pada Anak Sekolah
Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia
sekolah harus dilihat dari banyak aspek,seperti ekonomi, sosial
,budaya,agama,disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak
usia sekolah harus serasi,selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan
tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi
ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya
nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan
makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak.
Karena besarnya variasi kebutuhan makanan pada
masing-masing anak,maka dalam memberikan nasehat makanan pada anak tidak boleh
terlalu kaku. Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan
kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan Jumlah, Jenis dan Jadwal pada
umur anak tertentu. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara
keseluruhan, bukan hanya mengutamakan jenis tapi melupakan jumlahnya atau
sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak.
Contoh, pemberian makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya
kurangmengandung nilai gizi yan baik. Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam
jenis kelaminnya mengingat kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan aktivitas fisik sehingga mmerlukan kalori yang lebih banyak
dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah
mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari
usia sebelumnya.
Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting,
karena waktu sekolah adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori
yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari.
Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas
susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi
sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap
dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang
biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak.
H. Bahaya Makan Jajanan
Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah
adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan
makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam
bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan
dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan
di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab
tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan
bervariasi. Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di
sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan bahwa uang jajan
anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari.
Bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal
dari rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai
kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
Menariknya, makanan jajanan kaki lima menyumbang
asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%.
Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada
pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan
tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada
penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di
25% – 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian lain yang
dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis
jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong,
otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok.
Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan
mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung
rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan
pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)
ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin
(pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil),
dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka
panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada
organ tubuh manusia. Belakangan juga terungkap bahwa reaksi simpang makanan
tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku
pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita
autism. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala
yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan
Luang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang
mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut
pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan
RI melalui Peraturan Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Wawancara dengan PKL menunjukkan bahwa mereka tidak
tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. BTP ilegal
menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah,
dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangat
cerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Lebih jauh lagi,
kita ketahui bahwa makanan yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan
dengan secara baik dan bersih.Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah
tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses
terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit
bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan
baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih,
juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat.
I. Upaya
Perbaikkan
Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan
jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan
pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.
Sekolah dan pemerintah perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Materi komunikasi tentang keamanan pangan yang sudah pernah dilakukan oleh
Badan POM dan Departemen Kesehatan dapat ditingkatkan penggunaannya sebagai
alat bantu penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah.
Perlu diupayakan pemberian makanan ringan atau makan
siang yang dilakukan di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencegah
agar anak tidak sembarang jajan. Koordinasi oleh pihak sekolah, persatuan orang
tua murid dibawah konsultasi dokter sekolah atau Pusat Kesehatan
Masyarakatsetempat untuk dapat menyajikan makanan ringan pada waktu keluar
istirahat yang bisa diatur porsi dan nilai gizinya. Upaya ini tentunya akan
lebih murah dibanding anak jajan diluar disekolah yang tidak adajaminan gizi
dan kebersihannya.
Dengan menyelenggarakan kegiatan makanan tambahan
tersebut, diharapkan mendapat keuntungan, misalnya : anak sudah ada jaminan
makanan disekolah, sehingga orang tua tidak khawatir dengan makanan yang
dimakan anaknya disekolah. Ibu yang selalu khawatir biasa memberi bekal makanan
pada anaknya. Kalau makanan yang baik dan bergizi tersedia disekolah, akan
meringankan tugas ibu. Dalam kegiatan ini bisa pula dikenalkan berbagai jenis
bahan makanan yang mungkin tidak disukai anak ketika disajikan dirumah, tetapi
akan menerima ketika disajikan disekolah. Dengan demikan anak dapat mengenal
aneka bahan pangan.
Banyak studi yang menunjukkan persentase anak sekolah
Amerika yang kelebihan berat badan bertambah hampir tiga kali lipat dalam 20
tahun terakhir. Kecenderungan tersebut diduga akibat makanan faft food (junk
food) dan kurang olahraga. Pengalaman yang bisa diambil jadi contoh yaitu
kebijakan baru di Los Angeles dalam beberapa tahun ke depan akan menghilangkan
tahap demi tahap minuman ringan di mesin-mesin penjaja dan kafetaria. Minuman
yang dianggap tak bermanfaat itu akan diganti dengan air putih, susu dan buah-buahan
dan minuman olahraga. Hal ini menunjukkan statu kepedulian terhadap kesehatan
anak usia sekolah.
9. MITOS PADA ANAK
1.
Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel biasanya oleh orang
tua sering mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut.
Contohnya : Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan,
mulai belajar berbicara
2.
Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami
tumbuh gigi terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu
pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk
tumbuh gigi terlambat.
3.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
anak itu berbeda satu sama lain. Itu dapat terjadi dari pola makan,gaya hidup
dan lingkungan sekitar anak tersebut.
4.
Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasaanya orang tua yang masih
kental dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan
mengibaskan sapu ijuk dimuka anak tersebut.
5.
Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari
rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada
didalam rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang
menyebabkan anak tersebut sakit.
6.
Menurut sebagian orang yang masih meyakini kebudayaan bahwa orang yang
sering mengkonsumsi air kelapa akan menyebabkan keluarnya keputihan yang
banyak. Tetapi dalam ilmu kesehatan hal tersebut sangat bertolak belakang
sebab air kelapa sangat berguna untuk mnyembuhkan penyakit gastristis.
7.
Menurut sebagian orang tua jika sedang menstruasi tidak diperbolehkan
mencuci rambut sampai menstruasi selesai karena sebagian mereka mempercayai
berhentinya darah sebelum menstruasi selesai. Padahal, hal tersebut menurut
kesehatan tidak baik karena akan menyebabkan kulit kepala kotor dan
gatal-gatal.
8.
Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. " Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung"
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. " Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung"
9.
Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam
Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit la tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit la tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
10. Anak akan kehilangan 75% panas
melalui kepala
Mitos ini berkembang karena
keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin
ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi
lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa ,
keluarnya panas melalui kepala hanya10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan ,
dan tangan.
11.
Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi
Suku
Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah
dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu ) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat
dan kuat . Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang
terbaik untuk bayi.
12.
Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat
Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung,
bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi
yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir
sebelum ASI keluar.
13.
Kolostrum dianggap sebagai susu yang
sudah rusak
Masyarakat
tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik
diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada
yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin
pada bayi.
14.
Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tak salah langkah..
a.
Anak kurus karena kurang vitamin
Anak gemuk belum tentu cukup
vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak.
"Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap
anemia."
Biasanya
pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun
vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia
ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat
tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C.
Sebaliknya, anak yang kurus juga
belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak
kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang
adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa
menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling
dibandingkan," lanjut Ghazali.
Selain itu, faktor genetik pun bisa
mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.
b.
Nafsu makan hilang, cekok saja
dengan vitamin
Sering, kan, kita lihat orang tua
yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan.
"Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak.
Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit
tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena
TBC," ujar Ghazali.
Pemberian vitamin yang berlebihan
justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan
vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan
perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di
lambung.
KESIMPULAN
Aspek adalah sesuatu yang mendasar
atau mengikat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu
Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sehingga jika
digabungkan dengan kesehatan anak, budaya seperti ini masih sangat kental
sekali untuk dipercayai. Contohnya, Seorang anak mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang
ini sangat memprihatinkan karena banyak
sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi
kebutuhan gizinya. Banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya
memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar