Fisiologi Haid
Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 100
ribu folikel primordial yang dapat berkembang setelah rangsangan dari hipofisis
dalam bentuk hormone FSH, LH dan prolactin. Jumlah folikel primordial menurut
usia adalah sebagai berikut:
§ Baru
lahir : 750.000
- Usia 6-15 tahun : 440.000
- Usia 16-25 tahun : 160.000
- Usia 26-35 tahun : 60.000
- Usia 35-45 tahun : 35.000
§ Masa
menopause semuanya hilang (Manuaba et al, 2002).
Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa
ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perbahan siklik pada alat
kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses
yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat
genital, konteks adrenal, glandula tireoidea dan kelenjar-kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Menurut Syaifuddin (2003), pubertas pada wanita
ditandai pada masa itu mulai produktif artinya masa mendapat keturunan yang
berlangsung kira-kira 30 tahun. Setelah itu wanita memasuki masa klimakterium,
merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium
(kemunduran). Haid berangsur-angsur berhenti selama 1-2 bulan dan kemudian
berhenti sama sekali yang disebut menopause. Selanjutnya terjadi kemunduran
alat reproduksi, organ tubuh dan kemampuan fisik .
Manuaba et al (2005) mengemukakan bahwa fisiologi
organ reproduksi wanita merupakan sistem yang kompleks. Pada saat usia pubertas
sekitar 13-16 tahun, dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang
mengeluarkan hormon esterogen yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran
hormon menyebabkan pertumbuhan organ seks sekunder seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak dan akhirnya terjadi pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarke.
Selanjutnya menarke diikuti menstruasi yang sering
tidak teratur karena folikel de graaf belum melepaskan ovum yang disebut
ovulasi. bentuk menstruasi tidak teratur dan tanpa diikuti oleh ovulasi,
memberikan waktu bagi hormon esterogen untuk menghasilkan pertumbuhan
tanda-tanda seks sekunder. Pada saat usia 17-18 tahun, menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung sekitar 2-3 hari disertai ovulasi,
sebagai pertanda kematangan alat reproduksi wanita. sejak saat itu, wanita
memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada usia sekitar 50
tahun.
Kejadian
menarke dan menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem
tersendiri, yaitu:
1. Sistem
susunan saraf pusat dengan panca indranya.
2. Sistem
hormonal, yaitu aksi hipotalamus-hipofisis-ovarial.
3. Perubahan
yang terjadi pada ovarium.
4. Perubahan
yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.
5. Rangsangan
esterogen dan progesteron pada pancaindra, langsung pada hipotalamus dan
melalui perubahan emosi.
·
MENSTRUASI
Syaifuddin (2003) menambahkan
wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan
darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi,
selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi pada endometrium perubahan yang
berulang selama satu bulan mengalami
empat masa atau stadium, yaitu:
1.
Stadium
menstruasi (desquamasi)
Pada
masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan,
hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum basale berlangsung selama
empat hari. dengan haid, keluar darah,potongan endometrium dan lender dari
serviks. Darah ini tidak membeku Karena ada fermen (biokatalisator) yang
mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya perdarahan
selama haid kira-kira 50 cc.
2.
Stadium
post-menstruum (regenerasi)
Luka
yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutupi kembali
oleh selaput lender baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium.
pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5mm dan berlangsung selama empat
hari.
3.
Stadium
intermenstruum (poliferasi)
Pada
masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar
tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kira-kira 5-14 hari dari
hari pertama haid.
4.
Stadium
praemenstruum (sekresi)
Pada
masa ini endrometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah. Dalam endrometrium telah
tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur.
Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur.
Sudah
dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum) yang hanya ditembus
oleh saluran-saluran keluar keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum
yang banyak lubang-lubangnya karena terdapast rongga dari kelenjar dan lapisan
bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, jika tidak
terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi
siklus menstruasi.
·
OVULASI
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama
masa subur yang berlangsung 20 sampai dengan 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang
dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba et al, 2005).
Proses
pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal - oogonium - folikel primer - proses pematangan pertama.
- Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
- Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi.
- Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan hormon esterogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus.
- Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
- Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum yang dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
- Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.
Pada wanita yang mengalami siklus
seksual normal 28 hari, sesudah terjadinya menstruasi, tidak lama sebelum
ovulasi dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat dan daerah
kecil bagian tengah kapsul yang disebut stigma akan menonjol seperti puting.
Dalam waktu 30 menit kemudian cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma
sekitar dua menit kemudian folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan
cairannya.
Stigma akan robek cukup besar dan
cairan yang lebih kental yang terdapat
dibagian tengah folikel mengalami eveginasi keluar dan kedalam abdomen. Cairan
kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulosa
kecil yang disebut korona radiate. Luteinizing
hormone diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Kecepatan
sekresi LH menimbulkan kelenjar hipofise anterior meningkat dengan cepat. FSH juga meningkat
kira-kira 2-3 kali lipat pada saat bersamaaan.
Permulaan ovulasi menunjukan LH dalam
jumlah yang besar yang menyebabkan sekresi hormon steroid folikular. Dibutuhkan
dua peristiwa untuk berlangsungnya ovulasi, yaitu:
1. Kapsul
folikel mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan
pelarutan dinding kapsul, mengakibatkan membengkaknya seluruh folikel dan
degenerasi dari stigma.
2. Terjadi
pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat kedalam dinding folikel.
Kedua efek ini selanjutnya akan
mengakibatkan transudasi plasma kedalam folikel yang berperan pada
pembengkakkan folikel. Akhirnya pembengkakan dan degenerasi stigma
mengakibatkan pecahnya folikel disetai dengan pengeluaran ovum.
Wiknjosastro (2002) menambahkan bahwa dewasa ini
telah banyak diketahui tentang apa yang terjadi pada perubahan-perubahan siklik
tersebut dengan jalan mempelajari perubahan-perubahan siklik yang sama pada
kera. Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima
ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik
hormon-hormon ovarium, yaitu esrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dapat
ditemukan antara lain di dalam air kencing dan pengeluarannya setiap 24 jam
dapat diukur, estrogen sebagai estriol dan progesteron sebagai pregnandiol. Pemeriksaan urine tiap 24 jam ini dilakukan
untuk mengetahui apakah fungsi ovarium normal. Pekerjaan ini sangat rumit,
sehingga hanya dilakukan bila memang sungguh-sungguh diperlukan.
Di klinik, untuk mengetahui apakah pada ovulasi
cukup dengan mengerjakan biopsi endometrium. Biopsi ini dikerjakan pada hari
pertama haid untuk menghindarkan kemungkinan mengganggu kehamilan muda. Bila
ada ovulasi, maka dapat ditemukan bagian-bagian endometrium dalam masa sekresi.
Perubahan siklik hormonal ini dapat pula dilihat
pada suhu basal, sitologi vaginal, getah serviks dan pH getah vagina. Adanya
ovulasi diikuti oleh pembentukan korpus luteum yang mengeluarkan progesteron
dapat dilihat bahwa suhu basal pada saat ovulasi turun untuk kemudian naik dan
menetap disekitar 37o sampai pada permulaan haid turun lagi. Dalam
hal menilai sitologi vaginal dapat dikemukakan bahwa mukosa vagina memang
keadaan hormonal wanita yang diambil usap vaginanya. Dari usap vagina yang
diambil secara berturut-turut, dapat ditentukan apakah ovulasi telah terjadi
dan bila ovulasi terjadi, ini dapat diketahui dengan menentukan presentase
indeks kariopiknotik. Dihitung 100-200 sel-sel superfisial, intermedier dan
parabasal. Bila ditemukan 75% sel-sel superfisial dan 25% sel-sel intermedier maka
ini menunjukkan masa poliferasi. Bila ditemukan 65% sel-sel intermedier dan 35%
sel-sel superfisial maka ini berarti pascaovulasi. Pemeriksaan sitologi vaginal
memerlukan usap vagina yang lebih baik, tidak boleh ada infeksi. Pewarnaan
secara Shorr atau modifikasi menurut Papanicolaou telah cukup memberikan hasil
yang memuaskan bagi yang telah dapat pelatihan dalam sitologi vaginal.
Cara yang lebih sederhana untuk menilai apakah ada
ovulasi ialah dengan menilai getah serviks. Pada hari ke 9 sampai dengan ke 15
siklus haid getah serviks lebih cair dan jernih. Bila diambil dari kanalis
servikalis dengan pinset, getah tersebut tidak terputus-putus sampai sepanjang
10-20 cm. Gejala ini disebut Spinnbarkeit.
Bila getah serviks ini dikeringkan di atas kaca objek dan dilihat di bawah
mikroskop, akan tampak kristalisasi getah
tersebut dalam bentuk daun pakis. Bertambahnya getah serviks yang keluar pada
ovulasi dapat mengubah pH getah vagina. Pengukuran perubahan pH ini memerlukan
alat yang sensitif. Lamanya siklus haid yang normal atau yang dianggap sebagai
siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 sampai dengan 3
hari. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal dan sehat.
Ternyata dalam proses ovulasi bukan hanya ada suatu
kerja sama yang harmonis antara koerteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan
ovarium melainkan ada pengaruh pula dari glandula tireoida, korteks adrenal dan
kelenjar-kelenjar endokrin lain. Dewasa ini ternyata prostaglandin dan
serotonin mempunyai peranan juga dalam ovulasi dengan mempengaruhi hipotalamus
dan hipofisis. Ditemukan juga pengaruh ACTH terhadap korteks adrenal dikaitkan
dengan sistem renin angiotensin diovarium pada ovulasi.
Dalam sistem endokrin beberapa susunan saraf pusat
tertentu seperti glandulan pinealis, glandula amigdalae dan hipokampus
mempunyai hubungan neutral dan humoral yang disebut juga hubungan neurohumoral
dengan hipotalamus dan hipofisis. Di dalam hipotalamus sendiri terdapat releashing hormones dalam jumlah yang sangat sedikit. Zat-zat ini
ialah polipeptida yang sangat sedikit, terdiri atas sejumlah asam amino
tertentu.
1) FSH-RH
yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH (follicle stimulating hormone relishing hormone)
2) LH-RH
yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH (Luteinising hormone – releashing hormone)
3) PIH
(prolactine inhibiting hormone) yang
menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolactin
4) Beberapa
RH untuk somatotropin, TSH (thyroid
stimulating hormone) dan ACTH (adrenocorticotrophic
hormone).
Pada
tiap siklus haid FSH (follicle stimulating
hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan
beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu
folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de
Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus
anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua,yakni LH (Luteinising hormone). Seperti telah
diuraikan, produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah di bawah
pengaruh releasing hormones (RH) yang
disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi
oleh mekanisme umpan balik esterogen terhadap hipotalamus. Begitupun oleh pengaruh
dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius dan hal-hal
psikologik. Salah satu contoh ialah dinegara bermusim dingin dan panas
kehamilan terjadi lebih banyak pada musim semi (mulai ada cahaya) dan musim
panas (banyak cahaya). Sampai dimana bau-bauan mempunyai pengaruh terhadap
manusia masih harus diselidiki lebih lanjut. Akan tetapi, apa yang ditemukan
pada percobaan dengan pheromones (bau-bauan
yang merangsang birahi) pada kera menyongkong dugaan bahwa bulbus olfaktorius
mempunyai peran untuk mempengaruhi pengeluaran releasing hormones. Pheromones terdiri atas asam lemak, seperti
asam asetat, propionat, isobutirat, isovaleriat dan isokaproat. Bahwa faktor
psikologik mempunyai peranan juga dapat ditemukan antara lain pada wanita
dengan pseudocyesis.
Bila
penyaluran releasing hormones normal
berjalan baik, maka produksi gonadotropi-gonadotropin akan baik pula, sehingga
folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak
berisi likuor follikuli yang megandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh
terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Ketika
proses berproliferasi terjadi disebut
masa proliferasi.
Di
bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan
ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada
ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang
peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Dapat diikuti oleh adanya perdarahan vagina sedikit. Setelah
ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah karena perdarahan
tersebut di atas), yang akan menjadi korpus luteum (wananya menjadi kuning) di
bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon
progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah
berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan
bersekresi (masa sekresi).
Bila
tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenersi dan ini mengakibatkan kadar
esterogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar esterogen dan progesteron
menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Terlihat
dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi
serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut
haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi maka korpus luteum
tersebut di atas dipertahankan bahkan berkembang menjadi korpus luteum
graviditatis.
·
PERHITUNGAN
MASA SUBUR
Manuaba et al (2005) menyatakan bahwa masa
subur perlu diperhitungkan untuk dapat menetapkan kapan melakukan hubungan
seksual bagi mereka yang inin punya anak serta menghindari hubungan seksual
bagi mereka yang tidak ingin punya anak.
Pelepasan ovum bervariasi waktunya
sesuai dengan factor emosi wanita yang mempengaruhi refleks hipotalamus
sehingga dapat memengaruhi pengeluaran releasing
faktor FSH dan LH dan pangeluaran
FSH dan LH, serta akan memengaruhi waktu ovulasi.Untuk menetapkan masa subur
dapat dipergunakan perhitungan sebagai berikut:
1. Perhitungan
masa subur adalah mulai dari hari pertama haid ditambah 12 dan masa subur
berakhir dengan penambahan 19 hari pada hari pertama haid dan puncaknya hari ke
14.
Contoh:
Menstruasi tanggal 4 Agustus 1995.
Perhitungan minggu suburnya adalah mulai dari tanggal 16 (4+12) samapai dengan
tanggal 23 (4+19) dengan puncaknya yaitu tanggal 18 (4+14).
2. Suhu
basal dihitung karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan
suhu basal tubuh dengan deviasi sekitar 0,5o C. Ovulasi menyebabkan suhu basal bersifat
bifasik.
3. Memerhatikan
lender-cairan serviks yang bersifat basa, jernih dan transparan yang mudah
ditembus spermatozoa dan mempunyai kemampuan regang 15 sampai dengan 20 cm (spinnbarkeit).
4. Tes
cairan serviks saat ovulasi dapat membentuk susunan daun pakis.
5. Mikrokuretase
menjelang atau hari pertama haid yang menunjukan fase sekresi, berarti terjadi
ovulasi dengan demikian wanita mengalami minggu subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Wiknjosastro
H, 2002, Ilmu Kebidanan, 3rd
edn, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Syaifudin, 2003, Anatomi Fisiologi, 3rd edn, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Manuaba ACI, Manuaba
BGFI, Manuaba BGI, 2005, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB, 2nd edn, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar