My life my love for ISLAM

My life my love for ISLAM
lets say Alhamdulillah :)

Senin, 16 Desember 2013

FISIOLOGI HAID



 Fisiologi Haid

Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 100 ribu folikel primordial yang dapat berkembang setelah rangsangan dari hipofisis dalam bentuk hormone FSH, LH dan prolactin. Jumlah folikel primordial menurut usia adalah sebagai berikut:
§  Baru lahir                    : 750.000
  • Usia 6-15 tahun           : 440.000 
  • Usia 16-25 tahun         : 160.000 
  •  Usia 26-35 tahun         : 60.000  
  • Usia 35-45 tahun         : 35.000
§  Masa menopause semuanya hilang (Manuaba et al, 2002).
            Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perbahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, konteks adrenal, glandula tireoidea dan kelenjar-kelenjar lain yang  kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Menurut Syaifuddin (2003), pubertas pada wanita ditandai pada masa itu mulai produktif artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Setelah itu wanita memasuki masa klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium (kemunduran). Haid berangsur-angsur berhenti selama 1-2 bulan dan kemudian berhenti sama sekali yang disebut menopause. Selanjutnya terjadi kemunduran alat reproduksi, organ tubuh dan kemampuan fisik .
Manuaba et al (2005) mengemukakan bahwa fisiologi organ reproduksi wanita merupakan sistem yang kompleks. Pada saat usia pubertas sekitar 13-16 tahun, dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon esterogen yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon menyebabkan pertumbuhan organ seks sekunder  seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarke.
Selanjutnya menarke diikuti menstruasi yang sering tidak teratur karena folikel de graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. bentuk menstruasi tidak teratur dan tanpa diikuti oleh ovulasi, memberikan waktu bagi hormon esterogen untuk menghasilkan pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder. Pada saat usia 17-18 tahun, menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung sekitar 2-3 hari disertai ovulasi, sebagai pertanda kematangan alat reproduksi wanita. sejak saat itu, wanita memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada usia sekitar 50 tahun.
Kejadian menarke dan menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu:
1.      Sistem susunan saraf pusat dengan panca indranya.
2.      Sistem hormonal, yaitu aksi hipotalamus-hipofisis-ovarial.
3.      Perubahan yang terjadi pada ovarium.
4.      Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.
5.      Rangsangan esterogen dan progesteron pada pancaindra, langsung pada hipotalamus dan melalui perubahan emosi.

·         MENSTRUASI
Syaifuddin (2003) menambahkan wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi pada endometrium perubahan yang berulang  selama satu bulan mengalami empat masa atau stadium, yaitu:
1.      Stadium menstruasi (desquamasi)
Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum basale berlangsung selama empat hari. dengan haid, keluar darah,potongan endometrium dan lender dari serviks. Darah ini tidak membeku Karena ada fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya perdarahan selama haid kira-kira 50 cc.
2.      Stadium post-menstruum (regenerasi)
Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutupi kembali oleh selaput lender baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium. pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5mm dan berlangsung selama empat hari.
3.      Stadium intermenstruum (poliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.
4.      Stadium praemenstruum (sekresi)
Pada masa ini endrometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah. Dalam endrometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur.
Sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena terdapast rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, jika tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.

·         OVULASI
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.  Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai dengan 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba et al, 2005).
Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal - oogonium  - folikel primer - proses pematangan pertama.
  •  Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
  • Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. 
  • Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan  hormon esterogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus. 
  • Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
  • Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum yang dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
  • Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.
Pada wanita yang mengalami siklus seksual normal 28 hari, sesudah terjadinya menstruasi, tidak lama sebelum ovulasi dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat dan daerah kecil bagian tengah kapsul yang disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma sekitar dua menit kemudian folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairannya.
Stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental  yang terdapat dibagian tengah folikel mengalami eveginasi keluar dan kedalam abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiate. Luteinizing hormone diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Kecepatan sekresi LH menimbulkan kelenjar hipofise anterior  meningkat dengan cepat. FSH juga meningkat kira-kira 2-3 kali lipat pada saat bersamaaan.
Permulaan ovulasi menunjukan LH dalam jumlah yang besar yang menyebabkan sekresi hormon steroid folikular. Dibutuhkan dua peristiwa untuk berlangsungnya ovulasi, yaitu:
1.      Kapsul folikel mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul, mengakibatkan membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma.
2.      Terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat  kedalam dinding folikel.
Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma kedalam folikel yang berperan pada pembengkakkan folikel. Akhirnya pembengkakan dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya folikel disetai dengan pengeluaran ovum.                             
Wiknjosastro (2002) menambahkan bahwa dewasa ini telah banyak diketahui tentang apa yang terjadi pada perubahan-perubahan siklik tersebut dengan jalan mempelajari perubahan-perubahan siklik yang sama pada kera. Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium, yaitu esrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dapat ditemukan antara lain di dalam air kencing dan pengeluarannya setiap 24 jam dapat diukur, estrogen sebagai estriol dan progesteron sebagai pregnandiol.  Pemeriksaan urine tiap 24 jam ini dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi ovarium normal. Pekerjaan ini sangat rumit, sehingga hanya dilakukan bila memang sungguh-sungguh diperlukan.
Di klinik, untuk mengetahui apakah pada ovulasi cukup dengan mengerjakan biopsi endometrium. Biopsi ini dikerjakan pada hari pertama haid untuk menghindarkan kemungkinan mengganggu kehamilan muda. Bila ada ovulasi, maka dapat ditemukan bagian-bagian endometrium dalam masa sekresi.
Perubahan siklik hormonal ini dapat pula dilihat pada suhu basal, sitologi vaginal, getah serviks dan pH getah vagina. Adanya ovulasi diikuti oleh pembentukan korpus luteum yang mengeluarkan progesteron dapat dilihat bahwa suhu basal pada saat ovulasi turun untuk kemudian naik dan menetap disekitar 37o sampai pada permulaan haid turun lagi. Dalam hal menilai sitologi vaginal dapat dikemukakan bahwa mukosa vagina memang keadaan hormonal wanita yang diambil usap vaginanya. Dari usap vagina yang diambil secara berturut-turut, dapat ditentukan apakah ovulasi telah terjadi dan bila ovulasi terjadi, ini dapat diketahui dengan menentukan presentase indeks kariopiknotik. Dihitung 100-200 sel-sel superfisial, intermedier dan parabasal. Bila ditemukan 75% sel-sel superfisial dan 25% sel-sel intermedier maka ini menunjukkan masa poliferasi. Bila ditemukan 65% sel-sel intermedier dan 35% sel-sel superfisial maka ini berarti pascaovulasi. Pemeriksaan sitologi vaginal memerlukan usap vagina yang lebih baik, tidak boleh ada infeksi. Pewarnaan secara Shorr atau modifikasi menurut Papanicolaou telah cukup memberikan hasil yang memuaskan bagi yang telah dapat pelatihan dalam sitologi vaginal.
Cara yang lebih sederhana untuk menilai apakah ada ovulasi ialah dengan menilai getah serviks. Pada hari ke 9 sampai dengan ke 15 siklus haid getah serviks lebih cair dan jernih. Bila diambil dari kanalis servikalis dengan pinset, getah tersebut tidak terputus-putus sampai sepanjang 10-20 cm. Gejala ini disebut Spinnbarkeit. Bila getah serviks ini dikeringkan di atas kaca objek dan dilihat di bawah mikroskop, akan tampak kristalisasi  getah tersebut dalam bentuk daun pakis. Bertambahnya getah serviks yang keluar pada ovulasi dapat mengubah pH getah vagina. Pengukuran perubahan pH ini memerlukan alat yang sensitif. Lamanya siklus haid yang normal atau yang dianggap sebagai siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 sampai dengan 3 hari. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal dan sehat.
Ternyata dalam proses ovulasi bukan hanya ada suatu kerja sama yang harmonis antara koerteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium melainkan ada pengaruh pula dari glandula tireoida, korteks adrenal dan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Dewasa ini ternyata prostaglandin dan serotonin mempunyai peranan juga dalam ovulasi dengan mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis. Ditemukan juga pengaruh ACTH terhadap korteks adrenal dikaitkan dengan sistem renin angiotensin diovarium pada ovulasi.
Dalam sistem endokrin beberapa susunan saraf pusat tertentu seperti glandulan pinealis, glandula amigdalae dan hipokampus mempunyai hubungan neutral dan humoral yang disebut juga hubungan neurohumoral dengan hipotalamus dan hipofisis. Di dalam hipotalamus sendiri terdapat releashing hormones  dalam jumlah yang sangat sedikit. Zat-zat ini ialah polipeptida yang sangat sedikit, terdiri atas sejumlah asam amino tertentu.
1)      FSH-RH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH (follicle stimulating hormone relishing hormone)
2)      LH-RH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH (Luteinising hormone – releashing hormone)
3)      PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolactin
4)      Beberapa RH untuk somatotropin, TSH (thyroid stimulating hormone) dan ACTH (adrenocorticotrophic hormone).
Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua,yakni LH (Luteinising hormone). Seperti telah diuraikan, produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah di bawah pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik esterogen terhadap hipotalamus. Begitupun oleh pengaruh dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius dan hal-hal psikologik. Salah satu contoh ialah dinegara bermusim dingin dan panas kehamilan terjadi lebih banyak pada musim semi (mulai ada cahaya) dan musim panas (banyak cahaya). Sampai dimana bau-bauan mempunyai pengaruh terhadap manusia masih harus diselidiki lebih lanjut. Akan tetapi, apa yang ditemukan pada percobaan dengan pheromones (bau-bauan yang merangsang birahi) pada kera menyongkong dugaan bahwa bulbus olfaktorius mempunyai peran untuk mempengaruhi pengeluaran releasing hormones. Pheromones terdiri atas asam lemak, seperti asam asetat, propionat, isobutirat, isovaleriat dan isokaproat. Bahwa faktor psikologik mempunyai peranan juga dapat ditemukan antara lain pada wanita dengan pseudocyesis.
Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi gonadotropi-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang megandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Ketika proses  berproliferasi terjadi disebut masa proliferasi.
Di bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Dapat diikuti oleh adanya perdarahan vagina sedikit. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah karena perdarahan tersebut di atas), yang akan menjadi korpus luteum (wananya menjadi kuning) di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenersi dan ini mengakibatkan kadar esterogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar esterogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Terlihat dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme  dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi maka korpus luteum tersebut di atas dipertahankan bahkan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.
·         PERHITUNGAN MASA SUBUR

Manuaba et al (2005) menyatakan bahwa masa subur perlu diperhitungkan untuk dapat menetapkan kapan melakukan hubungan seksual bagi mereka yang inin punya anak serta menghindari hubungan seksual bagi mereka yang tidak ingin punya anak.
Pelepasan ovum bervariasi waktunya sesuai dengan factor emosi wanita yang mempengaruhi refleks hipotalamus sehingga dapat memengaruhi pengeluaran releasing faktor  FSH dan LH dan pangeluaran FSH dan LH, serta akan memengaruhi waktu ovulasi.Untuk menetapkan masa subur dapat dipergunakan perhitungan sebagai berikut:
1.      Perhitungan masa subur adalah mulai dari hari pertama haid ditambah 12 dan masa subur berakhir dengan penambahan 19 hari pada hari pertama haid dan puncaknya hari ke 14.
Contoh:
Menstruasi tanggal 4 Agustus 1995. Perhitungan minggu suburnya adalah mulai dari tanggal 16 (4+12) samapai dengan tanggal 23 (4+19) dengan puncaknya yaitu tanggal  18 (4+14).
2.      Suhu basal dihitung karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan suhu basal tubuh dengan deviasi sekitar 0,5o  C. Ovulasi menyebabkan suhu basal bersifat bifasik.
3.      Memerhatikan lender-cairan serviks yang bersifat basa, jernih dan transparan yang mudah ditembus spermatozoa dan mempunyai kemampuan regang 15 sampai dengan 20 cm (spinnbarkeit).
4.      Tes cairan serviks saat ovulasi dapat membentuk susunan daun pakis.
5.      Mikrokuretase menjelang atau hari pertama haid yang menunjukan fase sekresi, berarti terjadi ovulasi dengan demikian wanita mengalami minggu subur.












DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro H, 2002, Ilmu Kebidanan, 3rd edn, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Syaifudin, 2003, Anatomi Fisiologi, 3rd edn, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Manuaba ACI, Manuaba BGFI, Manuaba BGI, 2005, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 2nd edn, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar