Gangguan Jiwa
A. Definisi
gangguan jiwa
Gangguan
jiwa atau mental illness adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang
lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri-sendiri. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),
kemauan (volition), emosi
(affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa menurut
Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran social.
Mental
illness adalah respon mal adaptif
terhadap stressor dari lingkungan dalam atau luar ditunjukkan dengan pikiran,
perasaan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan
mengganggu fungsi sosial, kerja dan fisik individu.
Konsep
gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang yang
secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Menurut
American Psychiatric Association (1994), gangguan mental adalah gejala atau
pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang
dari berhubungan dengan keadaan distress
(gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau
lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian,
nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang
respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.
Gangguan jiwa mencakup berbagai keadaan gangguan
fungsi mental dan perilaku seseorang seperti :
a.
Psikosis fungsional termasuk skizofrenia;
gangguan mood(afek); gangguan aham dan lain-lain.
b.
Psikosis organik
c.
Retardasi mental
d.
Neurosis
e.
Psikosomatis gangguan kepribadian
f.
Ketergantungan
B. Penyebab
timbulnya gangguan jiwa
Penyebab
gangguan jiwa bermacam-macam ada yang bersumber dari hubungan dengan orang lain
yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,
cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan
dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik,
kelainan saraf dan gangguan pada otak. Para ahli psikologi berbeda pendapat
tentang sebab terjadinya gangguan jiwa. Gangguan jiwa juga dapat terjadi karena
tidak dapat dipenuhinya tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego
(tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan
diri, tetapi perbuatan tersebut akan
mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan
diri dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan
jiwa.
Terjadinya
gangguan jiwa dikarenakan orang tidak memuaskan macam-macam kebutuhan jiwa
mereka. Beberapa contoh dari kebutuhan tersebut diantaranya adalah pertama kebutuhan
untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan diterima oleh orang lain
dalam kelompok. Kedua, kebutuhan untuk otonomi, yaitu ingin bebas dari pengaruh
orang lain. Ketiga, kebutuhan untuk berprestasi, yang muncul dalam keinginan
untuk sukses mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Ada lagi pendapat Alfred Adler
yang mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan dari
perasaan rendah diri (infioryty complex)
yang berlebih-lebihan. Sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan di dalam
mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan
kecemasan dan ketegangan emosi.
Dari
berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa seperti yang
dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena
ketidakmampuan manusia untuk mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan
rendah diri.
Adanya
gangguan tugas perkembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan
orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut. Respon orang
tua yang mal adaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan
rasa tidak percaya yang berlangsung terusmenerus dapat menyebabkan regresi dan withdral. Disamping hal tersebut banyak
faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari
beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi biologis, psikologis, sosial
dan lingkungan. Tidak seperti pada penyakit jasmani, sebab gangguan jiwa adalah
kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan
biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebab gangguan jiwa penting untuk
mencegah dan mengobatinya.
Umumnya
sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
a.
Sebab jasmani (biologic)
1. Keturunan
Peran
yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan
kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang
dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
2. Jasmani
Beberapa
penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa
tertentu. Misalnya yang bertubuh gemuk (endoform)
cenderung menderita psikosa manik depresif, sedangkan yang kurus (ectoform) cenderung menjadi skizofrenia.
3. Temperamen
Orang
yang terlalu peka (sensitif) biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan
yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
4. Penyakit
dan cedera tubuh
Penyakit
tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan
merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera (cacat) tubuh tertentu dapat menyebabkan
rasa rendah diri.
b. Sebab psikologik
Bermacam
pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap,
kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas
7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
1. Masa bayi
Yang
dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang
dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan
kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat (aman) bagi bayi dan dikemudian
hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya,
sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang
kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.
Sebaiknya
dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi. Sebaliknya,
pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
2. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai dengan 7
tahun)
Pada
usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas.
Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan akan menimbulkan
rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia
mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang
tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan,
pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa
tidak aman. Hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah
laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.
3. Masa anak sekolah
Masa
ini ditandai oleh pertumbuhan jasmani dan intelektual yang pesat. Pada masa
ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas keluarga.
Kekurangan atau cacat jasmani dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri.
Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah
diri atau sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif.
Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul
dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang
atau memaksakan kehendaknya meskipun tidak disukai oleh anak.
4. Masa remaja
Secara
jasmani, pada masa ini terjadi perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda
sekunder (ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian). Sedang secara kejiwaan,
pada masa ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja
mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak seperti
orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima
tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap
otoritas, senang berkelompok dan idealis adalah sifat yang sering terlihat.
Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses
kematangan kepribadian di usia remaja.
5. Masa dewasa muda
Seorang
yang melalui masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki
kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi
kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa
sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami
gangguan jiwa.
6. Masa dewasa tua
Sebagai
patokan masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang sudah
mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti
rendah diri (pesimis). Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung,
kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
7. Masa tua
Ada
dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini. Berkurangnya daya
tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmani dan kemampuan
sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan
kesalah pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing
karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan
emosional yang cukup hebat.
c. Sebab sosio kultural
Kebudayaan
secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak
terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung yang menimbulkan
gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala. Disamping
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui
aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
C. Tanda
dan gejala gangguan jiwa
a. Ketegangan
(tension), rasa putus asa dan murung,
gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa
lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, dan pikiran buruk.
b. Gangguan
kognisi pada persepsi
Merasa mendengar
(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik
genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan
suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu
sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut
halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
c. Gangguan
kemauan
Klien
memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai
tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga
terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
d. Gangguan
emosi
Klien
merasa senang, gembira yang berlebihan (waham kebesaran), klien merasa sebagai
orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi
dilain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai
dengan ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
e. Gangguan
psikomotor
Hiperaktivitas,
klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari,
berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh
atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan
gerakan aneh.
D. Penanganan
gangguan jiwa
a. Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka
atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap
taraf kualitas hidup klien.
Obat
psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya yaitu antipsikosis,
anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti
obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain transquilizer, neuroleptic, antidepressants
dan psikomimetika.
b. Terapi
somatic
Terapi
ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga
diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi
ini adalah Electro Convulsive Therapy.
Terapi
elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus
listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis.
Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan tercapainya
efek terapeutik. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi
diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan biokimia di dalam otak (peningkatan
kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.
c. Terapi
modalitas
Terapi
modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi
yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif.
Ada
beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1. Terapi
individual
Terapi
individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang
terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi individual
bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu
klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Terapi lingkungan
Terapi
lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya
adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
3. Terapi
kognitif
Terapi
kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat.
Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir
dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien untuk reevaluasi
ide, nilai yang diyakini, harapan dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun
perubahan kognitif.
4. Terapi keluarga
Terapi
keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit). Tujuan
terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu
sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa
melaksanakan fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua
masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari
masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut. Dengan demikian
terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah
untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan
atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
5. Terapi kelompok
Terapi
kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok dilakukan
interaksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal dan mengubah perilaku
maladaptif. Terapi Perilaku anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan
bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya
dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar
yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah role model, kondisioning operan, desensitisasi sistematis, pengendalian
diri dan terapi aversi atau rileks kondisi.
6. Terapi
Bermain
Terapi
bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak akan dapat berkomunikasi
dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain dapat
dikaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta
melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Ansietas
A.
Definisi
ansietas
Ansietas
adalah suatu perasaan tidak santai yang samar karena ketidaknyamanan atau rasa
takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang
disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil
tindakan menghadapi ancaman.
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
stimulus ansietas. Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang
berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi. Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan.
B. Rentang respon kecemasan
Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang
respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai
maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan
destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami
terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman
dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi
yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut
kecemasan berat atau panik. Rentang respon kecemasan dapat terlihat pada
gambar.
C.
Tingkatan ansietas
Tingkat
ansietas sebagai berikut :
a.
Ansietas ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi
atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b.
Ansietas sedang
Memungkinkan
seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang
lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan
meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu
untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian
selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c.
Ansietas berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan
persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung, dan disorientasi.
d.
Tingkat panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan
ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi.
D.
Teori
kecemasan
Beberapa
teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:
a. Faktor
predisposisi
1) Faktor biologis, otak
mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.
Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2) Faktor
Psikologis
Pandangan
Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Pandangan
Interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
Pandangan
Perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan
kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3) Sosial budaya, ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas
dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
b.
Faktor
Presipitasi
Faktor
presipitasi dibedakan menjadi :
1)
Faktor eksternal
a.
Ancaman terhadap integritas
biologi seperti penyakit, trauma fisik, dan menurunnya kemampuan fisiologis
untuk melakukan aktifitas sehari-hari
b.
Ancaman terhadap konsep diri
dan harga diri seperti proses kehilangan dan perubahan peran, perubahan
lingkungan dan status ekonomi.
2)
Faktor internal
a. Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih muda
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua usianya.
b. Jenis kelamin, gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang
ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering
dialami wanita daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi
dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan bahwa wanita lebih
peka dengan emosinya yang pada akhirnya juga peka terhadap perasaan cemasnya.
Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau
peristiwa uang dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara
berpikirnya cenderung global atau dak detail. Individu yang melihat lebih
detail, akan juga lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi yang
dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaanya.
c. Tipe kepribadian, orang yang berkepribadia A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri
orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius dan ingin
serba sempurna.
d. Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan asing
ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa ia tempati.
E. Sumber Koping
Koping
berarti membuat sebuah usaha untuk mengatur keseimbangan psikologis stres.
Koping adalah sebuah proses pengaturan yang tetap untuk mengatur permintaan
pada pikiran seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan
ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi koping yang berhasil.
F. Mekanisme koping kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku yang secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan. Ketika
mengalami cemas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung
digunakan seseorang untuk mengatasi cemas yang ringan cenderung tetap dominan
ketika kecemasan menghebat. Kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa
pemikiran yang serius. Sementara kecemasan tingkat sedang dan berat akan
menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu reaksi yang berorientasi pada
tugas dan mekanisme pertahanan ego.
Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan upaya yang secara
sadar berfokus pada tindakan untuk memenuhi tuntutan dari reaksi cemas secara
realistis sehingga dapat mengurangi cemas dan dapat memecahkan masalah. Dalam
hal ini seseorang akan melakukan tindakan untuk mengurangi cemas yang dialami
dan untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berkonsultasi dengan orang yang
lebih ahli. Sedangkan mekanisme pertahanan ego merupakan pendukung dalam
mengatasi kecemasan baik yang ringan maupun yang sedang. Tetapi jika
berlangsung pada tingkat berat dan panik yang melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme ini
merupakan respon maladaptif terhadap cemas.
G. Respon ansietas
Macam-macam respon ansietas yaitu :
a. Respon fisiologis
Sistem Tubuh
|
Respons
|
Kardiovaskular
|
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meningkat
Rasa ingin pingsan
Pingsan
Tekanan drah menurun
Denyut nadi menurun
|
Pernapasan
|
Napas cepat
Sesak napas
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorokan
Sensasi tercekik
Terengah-engah
|
Neuromuskular
|
Refleks meningkat
Reaksi terkejut
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah, mondar-mandir
Wajah tegang
Kelemahan umum
Tungkai lemah
|
Gastrointestinal
|
Kehilangan nafsu makan
Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Nyeri abdomen
Mual
Nyeri ulu hati
Diare
|
Saluran perkemihan
|
Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
|
Kulit
|
Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh
|
b. Respon perilaku, kognitif dan afektif
Perilaku
|
Gelisah
Ketegangan fisik
Reaksi terkejut
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Inhibisi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hipersensitivilasi
Sangat waspada
|
Kognitif
|
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Preokupasi
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Hambatan berpikir
Lapangan persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kendali
|
Afektif
|
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Gugup
Ketakutan
Waspada
Kengerian
Kekhawatiran
Kecemasan
Mati rasa
Rasa bersalah
Malu
|
H. Reaksi ansietas
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun dekstruktif
bagi individu, yaitu :
a. Konstruktif yaitu individu termotivasi untuk belajar mengadakan
perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada
kelangsungan hidup. Contoh : individu yang melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.
b. Dekstruktif yaitu individu bertingkah laku maladaptif dan
disfungsional. Contoh : individu menghindari kontak dengan orang lain atau
mengurung diri, tidak mau mengurus sendiri dan tidak untuk makan.
Blackjack, Roulette, Slots, And More - JTG Hub
BalasHapus› jtm-hub 속초 출장안마 › jtm-hub Blackjack, Roulette, Slots, And 광주광역 출장샵 More 광양 출장샵 · JTG Hub offers the best 세종특별자치 출장샵 in-house slots and roulette tables to keep up with the competition. Try 상주 출장마사지 your hand at your favorite table games and win big