My life my love for ISLAM

My life my love for ISLAM
lets say Alhamdulillah :)

Minggu, 15 Desember 2013

Contoh Kasus pada Manajemen Varney



MANAJEMEN VARNEY DAN STUDI KASUS


PENGERTIAN
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.

1.      Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a.       Riwayat kesehatan
b.      Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c.       Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d.      Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
 
2.      Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan, disertai diagnosa.
Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosa (suatu sistem nama yang telah terklasifikasikan dan diakui serta disyahkan oleh profesi, digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga memudahkan pengambilan keputusannya). Tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.

3.      Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan serta mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.



4.      Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter  untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien (kolaborasi).
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu (tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan), atau nilai APGAR yang rendah.
Nilai APGAR adalah sebuah pengukuran respon bayi terhadap kelahiran dan kehidupan di luar rahim. Penilaian APGAR didasarkan pada Appearance (penampilan), Pulse (denyut jantung), Grimace (refleks), Activity (kegiatan), dan Respiration (pernafasan). Penilaian yang diambil pada 1 dan 5 menit setelah kelahiran ini berkisar antara 1 sampai 10, di mana 10 adalah nilai tertinggi dan 1 adalah nilai terendah.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi (kegiatan khusus yang dihasilkan dari proses diagnosis dan umpan balik, praktisi pengembangan organisasi digunakan untuk membawa perubahan) dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat (suatu kondisi medis yang ditandai dengan masuknya tali pusat kedalam vagina sebelum atau sewaktu persalinan). Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

5.      Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang  up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.

6.      Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan memperpendek waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7.      Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif  jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif dan sebagian belum efektif.

Contoh Kasus
Pada tanggal 13 november 2010 jam 07.00 WIB, Ny”X” datang ke BPS (Bidan Praktik Swasta) Bidan “S” dengan keluhan perut kenceng-kenceng, mules-mules, serta mengeluarkan darah segar pada jalan lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata Ny”X” sudah mengalami pembukaan 7 dan bagian terendah janin adalah letak kepala. Bidan mendiagnosa bahwa Ny”X” mengalami plasenta previa (Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir). Segera bidan melakukan pertolongan pertama pada Ny’X” dan bayinya. Lalu Bidan memberi saran pada keluarga Ny”X” untuk merujuk Ny”X”. Karena kondisi bahaya Ny”X. Kelurga menyetujui, dan akhirnya segera Bidan merujuk Ny”X” dengan menggunakan mobil Bidan. Diperjalanan Ny”X” mengalami pembukaan lengkap, sehingga mau tidak mau bidan harus melakukan pertolongan persalinan untuk Ny”X” dalam mobil. Beberapa saat kemudian bayi Ny”X” dapat lahir tetapi Ny”X” mengalami HPP (perdarahan post partum). Bidan sudah melakukan pertolongan pada Ny”X” tapi Ny”X” tidak dapat diselamatkan. Keluarga Ny”X” meminta pertanggung jawaban Bidan karena nyawa Ny”X” tidak bisa diselamatkan. Keluarga Ny “X” menganggap Bidan tidak mempunyai keahlian di dalam bidang kebidanan. Mendengar hal ini, warga disekitar BPS (Bidan Praktik Swasta) Bidan “S” menuntut agar bidan “S”di pindahkan dari lingkungan mereka supaya tidak terjadi hal yang sama untuk ke dua kalinya. para warga tersebut sudah tidak mempunyai kepercayaan lagi pada bidan “S” untuk menolong persalinan. Dan pada akhirnya kasus ini di bawa ke meja hijau oleh keluarga Ny ”X”. Pada kasus ini, kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada Bidan “S” karena Bidan telah memberikan pertolongan semaksimal mungkin pada Ny”X” dan bayinya. Keluarga Ny”X” pun tidak terlalu tanggap dengan keadaan Ny”X”. Mereka telat membawa Ny”x” untuk ke BPS (Bidan Praktik Swasta)



KESIMPULAN

Dalam melakukan penanganan, seorang bidan harus memperhatikan pentingnya menerapkan prosedur yang benar. Bidan harus memahami dan menjalankan prosedur yang sesuai, seperti prosedur pada manajemen Varney, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, bidan berada di posisi yang benar karena telah menjalankan profesinya sesuai dengan prosedur.
Dalam kasus diatas, seharusnya keluarga klien tidak menyalahkan bidan tersebut, karena bidan “S” sudah menjalankan prosedur yang benar. Akan tetapi kurangnya pengetahuan keluarga klien mengenai prosedur asuhan kebidanan menyebabkan mereka menyalahkan bidan tersebut.
   

 
DAFTAR  PUSTAKA

Saefudin AB.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: EGC
Varney, Helen, 2007, Buku Ajaran Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Widyasih . 2009. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
http://ikafauzi-cm.blogspot.com/2013/06/kasus-issu-etik-dilema-konflik-dan.html

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - BBS Jeon
    Welcome to the 1xbet korea Borgata Hotel Casino 슬롯 가입 머니 & Spa. This hotel and casino 토토꽁머니 is located in the heart of the East Coast. BBS offers luxury 먹튀사이트 accommodation, spa services, 바카라규칙

    BalasHapus